Adu Kuat Chaidir-Husniah

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Perebutan kursi ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Sulawesi Selatan kian memanas setelah DPP menetapkan empat formatur yang akan menetapkan ketua terpilih dan menyusun struktur kepengurusan. Dari empat orang formatur, persaingan sengit tertuju pada dua figur yang berpotensi terpilih. Ashabul Kahfi sebagai petahana sudah pamit lebih dahulu saat memberi sambutan pembukaan musyawarah wilayah. Adapun tim Husniah Talenrang sesumbar dengan mengedarkan flyer ucapan selamat kepada bupati Gowa itu sebagai ketua terpilih.

Chaidir dan Husniah termasuk dari empat formatur yang ditetapkan di arena Muswil. Dua nama lainnya adalah Ashabul Kahfi dan perwakilan DPP, Viva Yoga Mauladi. Meski begitu, wacana perebutan kursi hanya terpusat kepada Chaidir dan Husniah. Keduanya merupakan kepala daerah dan ketua PAN di daerah masing-masing yakni Maros dan Gowa. Selain kader militansi, mereka juga merupakan kader yang memiliki jaringan kuat di tingkat nasional, termasuk ke DPP PAN sendiri.

Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Rizal Pauzi mengatakan, khusus untuk Chaidir Syam memiliki peluang besar untuk ditunjuk sebagai keDPW PAN Sulsel. Selain telah menjadi kader puluhan tahun, Bupati Maros itu juga disebut merupakan kader dari Muhammadiyah. PAN berdiri karena representasi dari salah satu organisasi Islam terbesar tersebut.

"Bupati Maros (Chaidir Syam) punya kans. Sudah lama mengabdi di PAN dan kader tulen Muhammadiyah yang tidak bisa dipisahkan dari PAN," kata Rizal kepada Harian Rakyat Sulsel, Senin (5/5/2025).

Adapun Husniah Talenrang, menurut Rizal, memiliki jaringan yang kuat di tingkat nasional. Adik Komisaris Jenderal Fadil Imran itu memiliki jaringan elite yang luas, apalagi keponakannya saat ini, Farah Puteri Nahlia duduk di kursi DPR RI dari Fraksi PAN.

"Kalau melihat dari aspek jaringan nasional dan ke DPP, Husniah Talenrang punya peluang karena dukungan elite. Kemudian keponakan dia (Farah Puteri Nahlia), anak dari Fadil Imran juga anggota DPR RI dari PAN," imbuh dia.

"Jadi saya pikir keduanya (Chaidir Syam dan Husniah Talenrang) merupakan figur yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing," sambung Rizal.

Menurut dia, dari empat nama yang ditunjuk sebagai formatur itu, hanya dua nama yang paling potensial untuk memimpin PAN Sulsel ke depan. Alasan lainnya adalah agar PAN memiliki regenerasi kader di tingkat daerah.
"Menurut saya idealnya antara bupati Maros dan bupati Gowa. Terpenting adalah PAN butuh regenerasi supaya bisa mengembalikan partai sebagai salah satu pemenang di DPRD Sulsel, termasuk merebut kursi pimpinan di DPRD," tutur dia.

Rizal menuturkan, Chaidir Syam memiliki kontribusinya besar untuk PAN Maros selama ini, serta memiliki rekam jejak politik yang sangat matang. Sebagaimana diketahui, Chaidir Syam pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Maros selama 11 tahun, dan selanjutnya menjadi Bupati Maros kali kedua setelah dinyatakan sebagai pemenang di Pilkada 2024.

Bukan itu saja, Chaidir Syam diketahui sudah terjun ke dunia politik sejak berusai 22 tahun. Sejak tahun 1999, Chaidir sudah tercatat sebagai kader BM PAN hingga menjadi Ketua DPD PAN Maros dan Ketua BM PAN Sulsel.

Sementara Husniah Talenrang juga memiliki rekam jejak politik yang cukup mentereng. Perempuan pertama yang berhasil lolos menjadi bupati Gowa itu pernah duduk sebagai DPRD Gowa periode 2019-2024.
Selain itu, keluarga Husniah juga mencatatkan sejarah baru di perpolitikan Sulsel. Dalam Pilkada 2024, Husniah dan saudaranya Muhammad Firdaus Manye terpilih di Takalar.

"Jadi saya pikir kedua kader ini unggul, apalagi Chaidir Syam selain aktif di PAN, dia pernah jadi ketua DPRD, kemudian kader Muhammadiyah, jadi irisannya kuat. Husniah juga demikian, cuman menurut saya memang masih tergolong baru dan tentu punya power dari keluarga besar sehingga itu menjadi hal yang penting apakah allout di PAN Sulsel atau tidak, itu juga menjadi pertanyaan. Tapi saya pikir kedua figur ini memiliki potensi dan kans untuk memimpin PAN Sulsel," imbuh Rizal.

Sementara itu, petahana Ketua PAN Sulawesi Selatan, Ashabul Kahfi, resmi mengucapkan salam perpisahan di arena Muswil, Minggu lalu. Kahfi mengakhiri masa kepemimpinannya setelah memimpin PAN Sulsel selama 20 tahun sejak 2005 hingga 2025.

Dalam pidato pamitnya, Kahfi menyampaikan terima kasih kepada seluruh kader dan memohon maaf atas kekhilafan selama menjabat.

"Saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh kader PAN di Sulsel. Saya memimpin PAN Sulsel selama 20 tahun, tentu bukan waktu yang singkat," ujar dia.

Sebagai manusia biasa, lanjut Kahfi, tak sedikit kekurangan maupun kebijakan yang mungkin tidak menyenangkan selama ia menakhodai partai.

"Saya mohon maaf jika ada kebijakan yang tidak tepat atau tindakan saya yang menyakitkan," tutur legislator DPR RI itu.

Selama kepemimpinannya, PAN Sulsel mencatat sejumlah capaian signifikan, khususnya dalam pemilu legislatif. Partai berlambang matahari terbit ini kerap menempatkan kadernya di posisi strategis, termasuk di DPRD Sulsel.
Kahfi juga sempat menjabat sebagai wakil ketua DPRD Sulsel 2004-2009 dan kembali dipercaya di periode 2009-2014. Namun, dia juga tak menutup mata terhadap tantangan. Salah satunya, kehilangan kursi pimpinan DPRD setelah dirinya terpilih menjadi anggota DPR RI.

"Kami pernah memimpin DPRD Sulsel, tapi setelah saya ke Senayan, PAN kehilangan kursi pimpinan. Ini menjadi pekerjaan rumah kita ke depan," ucap dia.

Kahfi menegaskan pentingnya kekompakan, kerja keras, dan kecerdasan kolektif dalam menjaga eksistensi partai.

"Kemenangan tidak datang begitu saja. Ia harus diperjuangkan dengan kerja keras, kecerdasan, dan semangat bersama," imbuh dia.

Kahfi juga memberi catatan menjelang berakhirnya masa jabatannya. Setelah 20 tahun memimpin PAN Sulsel, Kahfi menitipkan harapan kepada dua calon kuat; Chaidir Syam dan Husniah Talenrang, agar menjaga semangat kebersamaan dan tidak menyisihkan kader-kader potensial.

“Saya minta kepada ketua PAN Sulsel yang terpilih nantinya, mohon mengakomodasi semua potensi kader yang ada, jangan dibuang,” ujar dia.

Pesan tersebut didengar langsung Chaidir Syam dan Husniah Talenrang saat hadiri Muswil PAN Sulsel. Menurut Kahfi, sekecil apa pun peran kader dalam perjalanan PAN, tetap memiliki nilai dan manfaat bagi kemajuan partai.

"Sekecil apa pun partisipasi kader selama ini, pasti ada manfaatnya untuk PAN. Jadikanlah PAN sebagai rumah perjuangan, rumah bersama,” kata dia.

Kahfi mengatakan kemenangan dan kebesaran PAN di Sulsel tak bisa dilepaskan dari kontribusi kolektif seluruh kader. Karena itu, Chaidir-Husniah diminta untuk membangun kepemimpinan yang inklusif dan merangkul semua pihak.

“PAN harus tetap besar di Sulsel, tetap menjadi salah satu partai pemenang, dan terus dicintai masyarakat,” imbuh dia.

Kahfi mengatakan dirinya kini tengah mengemban amanah baru di struktur DPP PAN. Di bawah kepemimpinan Zulkifli Hasan, ia dipercaya menjabat Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP PAN Wilayah Sulawesi. Tugas barunya itu menuntutnya hadir dan terlibat aktif dalam Muswil di berbagai provinsi se-Sulawesi.

“Terima kasih dan mohon maaf, saya memimpin PAN ini sudah empat periode. Ini bukan waktu yang singkat. Tentu selama kepemimpinan saya, ada kekhilafan dan kesalahan yang tidak saya sengaja,” tutur Kahfi.

Sementara itu, sesaat setelah pelaksanaan Muswil digelar, ramai-ramai tersebar ucapan selamat kepada Husniah sebagai Ketua DPW PAN Sulawesi Selatan. Hal itu lantas mendapat respons dari Cahidir Syam. Dia mengatakan menegaskan, belum ada penetapan resmi siapa ketua terpilih.

“Sekarang ini baru tahap penetapan formatur, belum ada penetapan ketua,” kata Chaidir melalui pesan singkat kepada Rakyat Sulsel.

Menurut dia, memang sudah ada beberapa pihak yang menarik kesimpulan sendiri. Padahal, penentuan ketua akan dilakukan dalam rapat formatur yang hingga kini belum dijadwalkan.

“Ada empat formatur, termasuk saya. Kami masih menunggu jadwal rapat formatur dari DPP yang akan dijadwalkan oleh Pak Viva Yoga,” imbuh dia.

Dia menegaskan semua keputusan terkait ketua dan susunan pengurus akan dibahas dalam rapat formatur. “Nanti dimusyawarahkan dulu siapa yang terbaik untuk memimpin dan menyusun kepengurusan DPW PAN lima tahun ke depan. Hasilnya disampaikan ke Ketum PAN, Pak Zulkifli Hasan. Kalau disetujui, itu yang sah,” beber dia.

Chaidir menyebut semua formatur punya kapasitas dan kapabilitas yang baik untuk menjadi pemimpin PAN Sulsel. “Semuanya pantas. Kita tinggal tunggu hasil musyawarah formatur dan keputusan ketum,” tegasnya.
Mengenai peluang dirinya ditunjuk sebagai ketua, mantan Ketua DPRD Maros ini menyatakan siap mengemban amanah jika diberi kepercayaan.

“Kalau diberi amanah, saya akan jalankan dengan baik. Tapi kalau tidak, saya tetap siap mengisi posisi apapun yang dipercayakan DPP,” katanya.

Dia berharap ketua terpilih nantinya punya visi kuat untuk membesarkan PAN di Sulsel. “Target kami, dari tiga dapil bisa naik dua kali lipat. PAN Sulsel pernah punya sembilan kursi, sempat turun jadi empat. Kita ingin rebut lagi kursi pimpinan di DPRD Provinsi,” imbuh dia. (isak pasa'buan/C)

  • Bagikan

Exit mobile version