MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Terpilihnya Husniah Talenrang sebagai Ketua DPW PAN Sulawesi Selatan (Sulsel) periode 2025-2030 menjadi sinyal kuat bagi Komjen Pol Muhammad Fadil Imran jika ingin maju pada perhelatan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel 2030 mendatang.
Meski waktunya masih terbilang lama, namun kekuatan politik PAN Sulsel patut diperhitungkan mulai dari sekarang. Apalagi modal elektoralnya sudah banyak, mulai dari Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, hingga Maros.
Di Kota Makassar, pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, PAN berhasil meraih suara sebanyak 61.150 dan mendudukkan tiga orang kadernya di kursi legislatif Makassar.
Sementara di Gowa, di bawah kepemimpinan Husniah Talenrang yang juga sekarang ini menjabat sebagai Bupati di kabupaten berjulukan 'Butta Patturioloang' itu, PAN sukses mengantarkan enam kadernya duduk di kursi DPRD Gowa.
Begitupun di Kabupaten Takalar, peran Firdaus Daeng Manye yang sekarang ini menjabat sebagai bupati ikut diperhitungkan jika saudaranya Muhammad Fadil Imran benar-benar maju pada Pilgub 2030 mendatang.
Termasuk di Kabupaten Maros, jika PAN Sulsel nantinya benar-benar all out mengusung Muhammad Fadil Imran juga harus diperhitungkan. Apalagi Chaidir Syam yang dipercaya sebagai sekretaris DPW PAN Sulsel dan menjabat sebagai Bupati Maros punya basis massa yang mengakar.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Prof Sukri Tamma, keterpilihan Husniah Talenrang sebagai Ketua DPW PAN Sulsel tentunya akan banyak dikaitkan dengan langkah politik kedepan saudaranya, Muhammad Fadil Imran.
Apalagi, menurutnya jika dalam waktu lima atau empat tahun kedepannya tidak ada masalah dalam perjalanan karier Muhammad Fadil Imran maka tentu peluangnya untuk mencalonkan diri dalam Pilgub 2030 harus diperhitungkan.
"Kalau semuanya lancar lima atau empat tahun ke depan, kalau tidak ada pergeseran (Husniah Talenrang), semuanya akan berjalan seperti apa yang ada, maka pak Fadil Imran paling tidak sudah punya jalan untuk mengakses parti politik pendukung, sehingga dengan sodaranya menjadi ketua DPW PAN Sulsel tentu ada jalan untuk itu (maju di Pilgub Sulsel 2030)," ujar Prof Sukri.
Apalagi, kata Prof Sukri, PAN termasuk salah satu partai yang cukup mapan di Sulawesi Selatan sehingga bisa menjadi modal besar bagi siapa saja yang akan diusungnya nanti. Termasuk, posisi PAN sekarang ini bisa digunakan untuk menggaet partai lainnya.
"Tentu ini juga akan menjadi jalan untuk kemudian melakukan interaksi ke partai-partai lain," sebutnya.
Meskipun, menurut Prof Sukri, proses pemilihan kepala daerah lima tahun kedepannya belum diketahui. Mengingat sebelumnya Presiden Prabowo Subianto sempat mengeluarkan wacana jika pemilihan kepala daerah nantinya akan dikembalikan ke DPR.
Kalaupun kebijakan itu terjadi, peluang untuk tetap mengusung Muhammad Fadil Imran juga disebut akan masih sama. Peluang lobi-lobi politik PAN Sulsel lewat Husniah Talenrang bisa saja terjadi.
"Paling tidak, apapun nanti sistemnya dengan PAN dikomandoi Husniah, sodaranya tentu ini sebuah kesempatan. Tapi kalau kita memilih seperti sekarang tentu pak Fadil Imran jika ada niat maju di Pilgub Sulsel ini salah satu kesempatan untuk mengakses partai," ungkapnya.
"Karena tentu tidak otomatis, begitu ibu Husniah menjadi ketua kemudian pak Fadil Imran menjadi kandidat belum tentu juga. Karena nanti (PAN) pasti akan melihat bagaimana kebijakan parti empat tahun kedepan. Tapi paling tidak sudah ada kesempatan dan ini tentu jalan yang baik. Bagi saya ini adalah momentum yang bagus untuk kemudian melakukan berbagai langkah strategis dengan semangat baru untuk parti lebih baik lagi kedepan," sambungnya.
Lebih jauh, Prof Sukri mengatakan keterpilihan Husniah Talenrang sebagai Ketua DPW PAN Sulsel harus ikut dimaknai sebagai sebuah langkah maju bagi partai berlambang matahari putih itu. Penyegaran pengurus dinilai akan membawa semangat baru bagi pengurus parti itu sendiri dalam menjalankan kerja-kerja politiknya.
"Tentu buat PAN sendiri keterpilihan ibu Husniah diharapkan sebagai arah baru, sebagai kader yang masih muda dan mampu membawa semangat baru pada upaya PAN sebagai parti terkemuka, paling tidak di Sulawesi Selatan," sebutnya.
Prof Sukri juga mengungkapkan, penunjukan Husniah Talenrang sebagai ketua harus dimaknai sebagai sebuah kemajuan dalam perpolitikan. Dimana, bukan hanya laki-laki yang mendominasi dalam kepengurusan suatu partai, tapi juga perempuan memiliki peran dan potensi yang sama, termasuk dalam memimpin parti.
"Kedua memang sudah saatnya PAN memberikan kesempatan pada kader-kadernya yang muda. Ini juga menjadi catatan, PAN Sulsel pertama kalinya dipimpin oleh seorang perempuan setelah sekian lama pak Ashabul Kahfi. Sayakira ini juga menjadi nilai plus karena ternyata PAN membuka ruang pada semuanya, baik laki-laki maupun perempuan," imbuh dia. (isak pasa'buan/B)