Oleh: Muhammad Ahsan Thamrin
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Banyak manusia di dunia ini yang mengalami penderitaan tanpa bisa menemukan jalan keluar sehingga terkadang berpikir untuk bunuh diri.
Ada banyak sebab yang membuat manusia menderita. Ada yang menderita karena hubungan percintaan. Ada yang menderita karena ketakutan dan kecemasan karena memikirkan masa depan yang kelihatannya suram. Ada yang menderita karena kehilangan orang yang dicintai, belum memiliki pekerjaan, atau juga sudah kaya dan berkuasa tapi hidupnya tidak pernah bersyukur. Semua penderitaan ini membuat kita gampang stres dan stres membuat kita gampang emosi, marah, over sensitif, dan kesepian.
Stres dan depresi menyebabkan penderitaan karena bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Depresi adalah penyebab utama banyak orang melakukan bunuh diri. Bahkan bunuh diri kini menjadi salah satu dari tiga penyebab utama kematian dari orang-orang yang berumur 15 sampai 44 tahun. Lebih dari 90 persen kasus bunuh diri disebabkan oleh depresi yang berkepanjangan karena ketidakmampuan menanggung penderitaan batin dalam hidup.
Kenapa hidup ini penuh dengan penderitaan? Apa akar dari segala penderitaan yang dialami manusia? Bagaimana keluar dari penderitaan?
Jawabannya sebenarnya sederhana yaitu bermuara pada pikiran.
Seorang psikolog bernama Aaron Beck pernah menjadi dokter untuk mengobati orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Karena dia pengikut Sigmund freud, dia bertanya tentang masa kecil mereka lalu dieksplorasi apa yang menyebabkan mereka menderita. Akibatnya ialah kebanyakan pasiennya melakukan bunuh diri karena mereka diingatkan akan luka trauma itu yang sudah mereka sembuhkan dengan sendirinya.
Aaron Beck menemukan bahwa psikoanalisis malah merusak pasien bukan menyembuhkannya. Ia menemukan bahwa ternyata penyebab penderitaan mereka adalah pikiran mereka sendiri.
Sumber segala penderitaan dan kebahagiaan manusia adalah pikirannya. Jadi pikiran harus diperbaiki.
Selama ini kita tidak paham dengan pikiran kita sendiri. Pikiran kita bukanlah diri kita yang sejati. Pikiran adalah hasil yang kita baca, kita dengar dan kita lihat dan itu membentuk pola pikir kita. Pikiran bisa melompat ke masa lalu dan itu melahirkan penyesalan dan pikiran juga bisa bergerak ke masa depan sehingga melahirkan kecemasan.
Pikiran ini tidak bisa dikontrol. Ia terus bergerak dan melompat-lompat tanpa henti. Setiap detik kita terus berpikir. Pikiran yang rumit karena dipenuhi dengan terlalu banyak teori dan konsep sering menyulitkan hidup kita sendiri.
Dengan pikiran itu kita ingin mengontrol dunia sesuai keinginan kita. Kita mengontrol keluarga, istri, anak-anak kita sesuai dengan keinginan kita. Nah, ketika kita tidak bisa mengontrol mereka maka akhirnya kita menderita. Kita menderita karena apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan pikiran kita.
Pikiran juga sering kali menipu padahal apa yang dipikirkan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Salah satu racun pikiran adalah prasangka buruk. Prasangka buruk kepada orang lain membuat kita membenci orang lain. curiga dan prasangka adalah akar dari kebencian dan konflik.
Jadi kendalikan pikiran Anda. Pikiran yang tidak dikontrol dan selalu diperhatikan akan dikeluarkan dalam bentuk kata-kata. Dari kata-kata akan keluar tindakan. Kata-kata dan tindakan yang tidak baik akan melahirkan banyak masalah dalam hidup seperti orang merasa terhina atau tersakiti dan sebaliknya ketika kita menekan semua emosi dan pikiran yang muncul maka akan bisa menimbulkan rasa sakit di dalam.
Nah, menyadari bahwa penderitaan lebih banyak disebabkan karena kekacauan dalam pikiran maka ada beberapa cara untuk keluar dari penderitaan yaitu :
Pertama, dengan melatih menjaga jarak dengan pikiran kita. Karena Pikiran tidak bisa dikontrol dimana Ia terus bergerak dan melompat-lompat tanpa henti maka yang harus dilakukan adalah amati saja pikiran yang datang dan muncul dan buatlah jarak dengannya. Ibarat kendaraan yang lalu Lalang didepan kita jangan terlalu diperhatikan. Biarkan saja dia lewat dan abaikan saja pikiran itu.
Misalnya Ketika muncul pikiran-pikiran yang tidak baik seperti mengenang masa lalu apakah itu mantan pacar, bisnis yang kacau, hubungan yang tidak baik dengan orang lain, maka jangan diperhatikan, Ketika tidak diperhatikan maka dia akan pergi dengan sendirinya. Logikanya sederhana, kalau saya memperhatikan seseorang maka pikiran saya juga memikirkan orang itu. Kalau perhatian saya pada buku maka pikiran saya juga terarah pada buku.
Jadi biarkan pikiran datang dan pergi. Gunakan pikiranmu seperlunya. Jangan terjebak dan selalu menanggapi pikiran-pikiran yang muncul di kepala. Apapun bentuk emosi dan pikiran yang muncul cukuplah diamati dan disadari. Ingat kita bukanlah pikiran kita. Hiduplah dalam kesadaran. Ketika kita berjalan kita sepenuhnya berjalan, Ketika kita minum kita nikmati minuman itu masuk dalam tenggorokan kita. dimana tubuh kita berada disitu pikiran kita berada.
Apa yang menjadi perhatian kita maka itulah yang berkembang. Jadi jaga perhatian kita. Hidupmu adalah di mana perhatianmu tertuju. Kalau perhatiannmu pada traumamu, kebencianmu, dan masa lalumu maka hidupmu akan menderita, sebaliknya kalau perhatianmu pada keindahan, kebahagiaan maka hidupmu juga akan bahagia.
Lalu bagaimana melatih pikiran dan kesadaran kita?
Caranya sederhana yaitu Anda duduk dengan tenang. Hilangkan semua ketegangan. Fokus, amati napas yang masuk dan keluar secara lembut. Kalau ada pikiran muncul maka kembali kepada napas. Itu dilakukan seterusnya. Anda bisa melakukannya selama 15 hingga 20 menit. Karena perhatian Anda pada napas maka pikiran yang datang pun akan pergi. Ini akan membuat pikiran kita tenang dan fokus. Tidak melompat ke masa lalu dan tidak melompat ke masa depan.
Selama itu arahkan juga perhatian Anda pada panca indera (mata, telinga, kulit). Apa yang kamu dengar, kamu lihat, kamu rasakan pada kulitmu perhatikan itu. Inilah kesadaran. Ini adalah Latihan seumur hidup. anda bisa melakukannya setiap saat. Ketika gagal coba lagi dan seterusnya. Inilah inti kebijaksanaan Zen bahwa di mana tubuh berada di situ pula batin.
Kedua, jalan keluar dari penderitaan adalah tanamkan kesadaran bahwa ada hal-hal yang berada dalam kuasa kita namun juga ada hal-hal lainnya yang berada di luar kekuasaan kita. Hal-hal yang berada dalam kuasa kita adalah pendapat kita, keinginan kita, kemarahan-kemarahan atau kebencian-kebencian yang kita rasakan.
Ini yang bisa kita ubah dan kendalikan. Sementara hal-hal yang di luar kuasa kita adalah pendapat orang lain, perilaku orang lain dan atau bencana alam. Ini yang tidak bisa kita ubah. Sesuatu yang tidak bisa kita ubah maka kita terima saja dengan ikhlas.
Bahwa adanya kesadaran kalau kita tidak bisa mengendalikan dan mengubah apa yang berada di luar kekuasaan kita maka tugas kita hanya perlu fokus pada hal-hal yang berada dalam kuasa kita. Apa itu? Pikiran kita. Cara pandang kita terhadap situasi.
Misalnya, hari ini Anda ingin menonton film di mal bersama dengan pacar Anda. Tapi saat hendak menjemput pacar Anda dengan menggunakan motor tiba-tiba hujan turun dengan deras disertai angin dan petir menggelegar yang membuat kepergianmu batal.
Anda kecewa. Tapi Anda bisa memilih larut dalam kekecewaan dengan mengumpat memaki hujan ini atau Anda hanya diam dan lalu menyeduh secangkir teh hangat, mengambil buku, dan membacanya dan menelepon pacarmu dan mengatakan bahwa masih ada hari esok. Alih-alih marah, kecewa, dan menggerutu pada hujan, Anda lebih memilih menjaga kedamaian batin Anda.
Jadi banyak di antara kita menderita karena kita seringkali ingin mengatur apa yang berada di luar wilayah kita. Kita ingin agar semua sesuai dengan keinginan kita sehingga ketika keinginan itu tidak terpenuhi maka kita menjadi kecewa bahkan marah.
Kita menderita karena otak kita dipenuhi dengan kata “seharusnya” yang berada diluar jangkauan kita. Ungkapan kenapa ini terjadi padahal seharusnya harus begini sering kita lakukan dalam kehidupan kita sehingga melahirkan penyesalan.
Jadi mulai sekarang belajarlah untuk menghilangkan kata seharusnya dalam ujaran atau dalam pikiran kita karena kita tidak bisa mengendalikan orang lain dan tidak bisa mengendalikan alam semesta. Bahkan kita tidak bisa mengendalikan posisi kita, jabatan kita, uang kita. Itu semua berada di luar kemampuan kita. Jadi sesuatu yang berada diluar kuasa kita, serahkan saja kepada Allah. Yang bisa kita kontrol sendiri adalah keyakinan, sikap, dan pikiran kita. Ini membuat kita bisa bersikap lebih tenang. Inilah inti kebijaksanaan dari pemikiran filsafat Stoa.
Ketiga, jalan keluar dari penderitaan adalah dengan menyadari bahwa penderitaan adalah bagian dari ujian hidup dari Allah (QS. Al Baqarah ayat 155). Kesadaran bahwa penderitaan adalah ujian dari Allah menuntut kita untuk sabar sehingga membuat jiwa kita lebih ringan dalam menghadapinya (QS. Al Baqarah ayat 153).
Jiwa kita lebih tenang karena dengan bersabar kita yakin bahwa Allah akan memberikan pahala yang lebih kepada kita bahkan tanpa batas (QS. An Nahl ayat 96, QS. Az zumar ayat 10), dan Allah akan mencintai kita (QS. Al imran ayat 146).
Nabi saw, juga memberikan kabar gembira bagi orang yang sabar bahwa “Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya (HR. Bukhari). Wallahu’alam. (*)