MAKASSAR, RAKYATSULSEL -- Kasus dugaan perundungan berupa penganiayaan yang menyebabkan seorang siswa Sekolah Dasar bernama Muhammad Raja Afnan, meninggal dunia, terus diusut Polrestabes Makassar.
Terbaru, dalam kasus ini penyidik Polrestabes Makassar memeriksa sejumlah saksi. Dari 9 orang saksi yang diperiksa itu dua orang diantaranya merupakan dokter yang merawat korban di rumah sakit sebelum dinyatakan meninggal dunia.
"Saksi dari keluarga sekitar 7 orang, dokter sudah kita periksa juga, dokter yang merawat (korban) di dua rumah sakit," kata Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana saat diwawancara di Polsek Manggala, Sabtu (7/6/2025) kemarin.
Sementara untuk dokter Forensik Polda Sulsel, Arya bilang masih dianggendakan. Pemeriksaan dokter forensik ini nantinya akan membuat terang kasus ini, apakah korban meninggal dunia karena adanya tindakan kekerasan atau penyebab lainnya.
Termasuk nantinya akan menjawab mengenai penyebab lebam pada tubuh korban yang diduga akibat tindakan kekerasan yang dialaminya.
"Yang belum dokter yang autopsi (korban) karena hasilnya belum ada. Orang meninggal itu, misalnya berantem atau mungkin dia jatuh atau karena luka atau karena penyakit," ungkap mantan Kapolres Metro Depok itu.
"Jadi orang meninggal itu harus dipastikan betul karena apa, kalau saksi melihat ada perbuatan sebelumnya mungkin berantem atau apa ya mungkin saja itu menjadi salah atau indikator, tapi tidak menutup kemungkinan ada indikator lainya yang mengakibatkan korban meninggal dunia , belum tentu juga karena itu, tapi kita menunggu hasil autopsinya," sambungnya.
Meski telah memeriksa sejumlah saksi-saksi dalam kasus ini, Arya mengungkapkan pihaknya belum bisa menarik kesimpulan dan masih menunggu hasil autopsi korban.
"Secara investigasinya begitu kita menunggu hasil autopsi meninggalnya karena apa baru kita bisa menjelaskan," pungkasnya.
Desma (45), selaku tante korban sebelumnya mengungkapkan keponakannya itu meninggal setelah mengalami pengeroyokan di depan sekolahnya satu minggu lalu. Pelakunya disebut bukan hanya hanya sesamanya siswa SD dua orang, melainkan ada seorang siswa SMP yang ikut terlibat.
"Jadi waktu di rumah sakit, saya tanya siapa yang pukul nak? dia (korban) bilang teman (yang (pukul), tiga orang karena dia kasi naik jarinya tiga," kata Desma saat ditemui di rumah duka, Jumat (30/5/2035).
Desma bercerita, dugaan pengeroyokan itu terjadi usai korban selesai melaksanakan ujian di sekolahnya pekan lalu. Ia juga menyebut pemukulan terhadap keponakannya itu diduga tidak hanya dilakukan oleh ketiga pelaku, melainkan orangtua salah satu pelaku, dikarenakan sebelumnya korban dan salah satu pelaku sempat berkelahi, sehingga orangtuanya tak terima.
Atas dasar itulah, Desma curiga dan menduga pengeroyokan terhadap korban tidak hanya dilakukan satu atau dua orang, melainkan lebih dari itu.
"Saya juga tidak tahu apakah keponakan saya sering di bully atau tidak karena tidak pernah cerita. Intinya diborongi. Orang tuanya juga pelaku sempat tidak terima sampai keponakan saya ditampar. Termasuk wali kelasnya dia ancam (korban)," terang Desma.
Setelah kejadian itu, Desma mengatakan keponakannya langsung mengeluh sakit pada bagian dadanya, sehingga dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Faisal. Setelah menjalani perawatan selama lima hari di rumah sakit, Raja meninggal dunia.
"Awalnya disangka demam, DBD, tipes. Tapi dia juga mengeluh dadanya sakit, mungkin karena pemukulan, luka dalam mungkin ini, karena pecah pembuluh darah," ungkapnya.
Tanda-tanda kekerasan fisik juga terlihat di sekujur tubuh korban, seperti lebam di bagian kedua kelopak mata serta banyak bekas sundutan rokok.
"Banyak luka bekas rokok di belakangnya," tutup Desma. (Isak Pasa'buan/B)