“Kemajuan teknologi digital membuat kita harus berpikir dan bertindak tidak lagi secara konvensional. Anak muda harus melek teknologi, terus berinovasi, dan belajar dari negara-negara maju agar Indonesia benar-benar siap menyongsong 100 tahun kemerdekaan pada 2045,” tegasnya.
Salah satu peserta KKN, Novi, mengungkapkan antusiasmenya mengikuti program ini. Perempuan asal Jakarta itu mengaku baru pertama kali menginjakkan kaki di Bulukumba, namun telah memiliki banyak referensi tentang potensi wisata daerah ini.
“Kami tahu Pantai Tanjung Bira sangat terkenal, dan juga ada Suku Kajang yang unik. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kami untuk mengembangkan potensi pariwisata daerah,” ucapnya.
Hal serupa disampaikan Ratih, mahasiswa Koas dari Program Pendidikan Profesi Dokter UGM. Ia menyatakan alasan memilih Bulukumba karena ingin melihat secara langsung kondisi kesehatan masyarakat pesisir.
“Prevalensi penyakit di daerah pesisir tentu berbeda dengan kota besar. Saya berharap bisa berkontribusi dalam isu kesehatan di Desa Bira,” kata Ratih.
Para peserta KKN juga memaparkan program kerja yang akan dilaksanakan, terbagi dalam beberapa klaster tematik, di antaranya:
- Klaster Agro: peternakan, pertanian, dan perikanan,
- Klaster Medika: isu-isu kesehatan masyarakat,
- Klaster Sosial dan Humaniora: pengembangan pariwisata, literasi digital, dan publikasi media.
Program KKN-PPM ini diharapkan mampu mendorong pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal, serta menciptakan sinergi antara kampus dan daerah untuk pembangunan berkelanjutan. (Sal)