"Ini menunjukkan bahwa para pemilih kita tidak begitu menganggap penting keberadaan partai politik, dan salah satunya disebabkan oleh kekurangpercayaan mereka kepada kader-kader partai politik. Sehingga politik dan demokrasi bagi mereka hanya seremoni lima tahunan belaka," jelasnya.
Ditambahkan, kurang kepercayaan mereka kepada parpol bisa disebabkan oleh banyaknya kader parpol yang terjerat pidana korupsi, janji-janji politik sewaktu kampanye yang tidak kunjung di tunaikan.
Maka dari itu, kata dia, parpol mesti membangun kepercayaan (trust) pemilih. Parpol mesti menjadi agen perubahan dan pelayan publik yang selama ini masih kurang direalisasikan.
"Parpol juga mesti bisa memberikan garansi kepada publik bahwa caleg-caleg yang mereka punya kelak adalah figur-figur yang punya kapasitas dan integritas," demikian saran Asratilla.
Perlu ada upaya bersungguh-sungguh dari parpol untuk menjangkau konstituennya atau pemilih secara luas. Ini bisa dilakukan melalui rangkaian program-program sosial yang direncanakan dengan baik.
"Ataupun melalui pendidikan-pendidikan politik, yang menjangkau masyarakat hingga di akar rumput," pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Lembaga Kajian Isu-isu Strategis (LKIS) Syaifuddin menuturkan, swing voters diakibatkan oleh beberapa faktor.