Kategori pertama yakni para figur yang memang direkrut untuk menjadi bakal calon anggota legislatif terutama di tingkat provinsi dan pusat di Februari 2024 mendatang.
Kategori kedua yakni para figur yang dipersiapkan maju sebagai bakal calon kepala daerah di November 2024 mendatang.
"Namun karena pileg jadwalnya lebih dahulu dibanding pemilihan kepala daerah, maka tokoh-tokoh politik terutama yang sementara duduk di eksekutif saat ini tetap dijadikan sebagai lokomotif penarik dukungan elektoral untuk kepentingan pemilu 2024," katanya.
Dijelaskan, nama-nama seperti IAS yang kini ber-homebase di Partai Golkar, Aska Mappe yang merupakan wabup Barru dan kini masuk sebagai kader Gerindra dan figur-figur lainnya yang punya obsesi untuk maju sebagai bacalon kepala daerah. Tentu akan dioptimalisasi peran dan fungsinya untuk menarik suara di pemilu 2024.
Bahkan beberapa tokoh yang kini telah dikenal sebagai bacalon Gubernur dan tidak berasal dari kader partai politik manapun semisal Mayjen (Purn) Andi Muhammad, telah dilirik oleh beberapa parpol terutama PKS.
Figur-figur yang kini menjabat sebagai wakil bupati dan punya niatan maju sebagai bupati akan menjadi target utama para parpol, begitu pula para birokrat senior yang sedikit lagi akan pensiun ataupun tidak, atau keluarga dari kepala daerah yang sedang menjabat saat ini.
"Termasuk dalam hal ini tokoh pemuda ataupun pengusaha yang berdomisili di ibu kota tapi punya niatan untuk balik ke kampung halamannya di Sulsel untuk menjadi penguasa legislatif ataupun eksekutif," tuturnya.
Lanjut dia, karena bagi parpol, merekrut para figur yang punya modal sosial, modal kultural, serta modal politik-ekonomi akan memudahkan mereka untuk meng-upgrade daya elektoral mereka.
Memang yang nampak aktif merekrut tokoh untuk bergabung saat ini adalah Golkar, NasDem dan Gerindra, tapi saya yakin partai-partai seperti demokrat, PKS, PKB dan PPP juga akan melakukan hal sama tapi mungkin dengan strategi yang berbeda.