MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Penyakit campak mengalami peningkatan yang cukup signifikan, maraknya kehadiran penyakit ini di beberapa wilayah membuatnya ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa Campak (KLB).
Kasus konfirmasi campak di Indonesia periode 2022 meningkat 32 kali lipat, jika dibandingkan laporan infeksi sepanjang 2021.
Khusus di Sulsel, kurang lebih 200 orang masuk dalam kategori suspek (terindikasi) penyakit campak. "Tahun ini sekitar 200 orang dalam kategori suspek, masih diperiksa di lab, belum benar-benar masuk dalam kategori campak," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel, Rosmini Pandin, Jumat (20/1/2023).
Rosmini merinci, dari 200 kategori suspek, 94 orang diantaranya berasal dari Kabupaten Maros. "Maros ada 94 orang kategori suspek. Untuk hasilnya belum ada, masih proses di lab, hasilnya itu ditunggu sekira 2 minggu," jelasnya.
Rosmini menyampaikan bahwa pentingnya perhatian terhadap imunisasi campak itu diperhatikan oleh para orang tua dan seluruh stakeholder terkait.
Kata dia, melek terhadap campak sangat perlu menjadi atensi, mengingat kasus campak yang kini kembali merebak. "Jadi kesadaran untuk melakukan vaksinasi campak itu harus betul-betul diperhatikan," tegasnya.
Ia membeberkan, kasus campak di Sulawesi Selatan pada tahun 2022 itu tercatat sebanyak 7 orang. "Yang positif itu ada 7 orang, 2 orang ada di Maros, 3 orang Pangkep, Pinrang 1 orang, Bulukumba 1 orang," tukasnya.
Sementara di Kota Makassar sendiri, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Makassar mencatat terdapat 16 suspek campak pada tahun 2022 dengan menunjukkan hasil negatif.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Nursaidah Sirajuddin mengatakan rata-rata suspek campak ini dialami oleh anak-anak usia dibawah 12 tahun. "Alhamdulillah hasilnya semua negatif," ujarnya.
Diketahui, campak ini disebabkan oleh infeksi virus dari Paramyxovirus, seperti rubeola dan rubella. Infeksi virus ini dapat ditularkan melalui percikan air liur penderita campak.
Nursaidah mengatakan gejala campak biasanya ditunjukkan dengan mengalami demam tinggi, diare hingga muncul ruam ruam merah pada kulit.
Sehingga, untuk penangannya sendiri, kata dia, untuk segera dibawa ke pusat pelayanan salah satunya, seperti puskesmas. Di mana, pihak media akan memberikan obat sesuai dengan gejala yang dialami oleh suspek atau penderita campak.
"Penanganannya otomatis di puskesmas diberi obat sintomasik. Demam diberi obat demam, diare diberikan obat diare dan yang terpenting itu diberi tablet vitamin A," jelasnya.
Ia menyebut tak hanya sampai pemberian obat saja, pihak puskesmas akan melakukan pemantauan terhadap suspek hingga sembuh. Pemantauan itu dilakukan agar masyarakat tidak serta merta menganggap gejala yang timbul merupakan sakit yang biasa.
"Otomatis puskesmas begitu memberi obat maksimal 3 hari, itu pemantauan dilakukan pastinya. Jangan sampai masyarakat yang sudah berobat di puskesmas menganggap itu adalah hal yang biasa saja. Tetap dilakukan pemantauan hingga pasiennya sembuh," terangnya.
Lanjut, Nursaidah mengatakan agar terhindar dari campak ini untuk selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat, apalagi untuk anak-anak. Dengan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah makan menggunakan sabun dengan membilas dengan air mengalir.
Menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi terutama yang siap saja diluar. "Terus kebersihan alat-alat makan dijaga, otomatis juga kebersihan konsumsi makanan siap saji diluar. Itukan yang harus para orang tua jaga, dimana maraknya terkait kasus campak ini," tuturnya.
Tak hanya itu, Nursaidah menuturkan untuk pentingnya melakukan imunisasi serta vaksinasi Covid-19 agar imunitas tubuh terjaga.
Bahkan, sebanyak 47 puskesmas yang tersebar di Kota Makassar tidak henti-hentinya memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait peningkatan pola hidup bersih dan sehat.
"Paling penting bagaimana imunisasi dan vaksinasi tetap juga untuk menjaga imunitas tubuh," tutupnya. (abu-sasa/B)