MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Keterpilihan Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Pembangunan anjlok berdasarkan sigi Lembaga Survei Indonesia (LSI). Mampukah dua partai di parlemen ini memperbaiki elektabilitas sampai Pemilu 2024 yang sisa setahun lagi?
Dari hasil survei LSI, PAN hanya memiliki keterpilihan 0,6 persen. Adapun, PPP meraih 2,2 persen dari hasil jajak pendapat. Perolehan ini sangat miris mengingat kedua partai tersebut merupakan partai yang lolos di parlemen pada Pemilu 2019, meski pada saat itu kedua partai ini juga bersaing di papan bawah.
Pada Pemilu 2029, PAN memperoleh 6,84 persen lebih baik dari PPP yang berada di posisi buncit dengan persentase 4,52 persen.
Sebetulnya, satu partai parlemen juga memiliki keterpilihan yang anjlok dalam survei LSI. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hanya memperoleh 4,7 persen. Perolehan ini sedikit kalah dari partai non parlemen, Partai Perindo yang membukukan 4,8 persen.
Di Sulawesi Selatan, perolehan PPP dan PAN sama-sama tujuh kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi. Adapun PKB meraih delapan kursi.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu PAN Sulawesi Selatan, Muhammad Irfan AB tak ingin menanggapi hasil survei LSI. Meski begitu, kata Irfan, PAN memiliki strategi dan tolak ukur sendiri dalam menghadapi Pemilu 2024.
"Saya kira semua parpol punya strategi untuk memenangkan Pemilu mendatang. PAN punya tekad setidaknya masuk 3-5 besar secara nasional," kata Irfan, Minggu (29/1/2023) malam.
PAN memang berada di bibir jurang karena sigi yang diperoleh sangat rendah. Dengan ambang batas 4 persen, maka bila berdasarkan pada hasil survei itu, PAN terancam tidak lolos di Senayan.
Irfan menyatakan menghormati hasil survei LSI tersebut. Namun dia menegaskan, partainya akan konsisten meraih dan melewati ambang batas parlemen pada Pemilu 2024.
"Tentu langkah yang kami lakukan, kader PAN harus bekerja keras. Kami optimistis bakal mendapatkan kursi dengan suara yang makin besar," imbuh legislator DPRD Sulawesi Selatan itu.
Menurut dia, secara nasional. PAN menargetkan bisa meraih sedikitnya 64 kursi di DPR RI pada Pemilu 2024 mendatang. Target itu menjadi salah satu agenda dalam rapat pleno di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III pada 2022.
"Rekomendasi rakernas itu, target pemenangan di 2024, perolehan kursi dan suara, kita menargetkan 60 sampai 64 kursi di tahun 2024, atau minimal 11 persen dari total perolehan kursi yang ada di DPR RI," imbuh dia.
Sementara itu, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sulsel tak ingin terlena dengan hasil survei yang dilakukan LSI. Ketua Organisasi Kaderisasi Keanggotaan (OKK) DPW PPP Sulsel, Taufik Zainuddin menyatakan, pihaknya malah menjadikan survei tersebut sebagai penyemangat menghadapi Pemilu 2024.
"Survei itu bersifat acak dan itu hanya sebagian kecil yang diambil oleh lembaga survei," ujar dia.
"Mungkin sampelnya hanya berapa ribu saja. Mungkin juga sampel yang diambil bukan kebanyakan pemilih dari PPP," sambung Taufik.
Dirinya pun menyebut survei tersebut tidak membuat pengurus dan kader PPP gentar, tapi sebagai penyemangat bagi kader yang ada, baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi.
"Survei itu tidak membuat nyali kami kendur, tapi survei itu membuat kami lebih bersemangat," imbuh dia.
Disinggung soal rendahnya survei PPP karena kurangnya tokoh berpengaruh bergabung dengan partai berlambang Kabba ini. Taufik Zainuddin menyebutkan khusus di Sulsel beberapa tokoh berpengaruh sudah bergabung seperti mantan Wakil Ketua DPRD Sulsel, Yusran Sofyan dan mantan Bupati Takalar, Burhanuddin Baharuddin.
"Kalau kami, kan, sudah ada beberapa tokoh yang bergabung, mungkin di daerah minoritas (non muslim) mungkin seperti itu (kurang tokoh berpengaruh gabung). Karena asas PPP itu Islam," ujar dia.
Adapun, Ketua DPW PKB Sulsel, Azhar Arsyad menyatakan pihaknya akan terus melakukan upaya-upaya agar elektabilitas partai yang dipimpin Muhaimin Iskndar itu akan mencapai target di Pemilu 2024.
"Salah satu target agar PKB menempati posisi ketiga pada Pemilu 2024," ujar Azhar.
Menurut dia, kontestasi politik 2024, PKB menargetkan bisa masuk tiga besar dan perolehan 100 kursi di DPR RI. Anggota DPRD Sulsel itu, menyebutkan, untuk mencapai target tersebut, kader PKB harus lebih solid.
"Sejauh ini sudah dilakukan evaluasi kinerja pengurus di semua tingkatan dengan tolok ukur kinerja," jelasnya.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Andi Ali Armunanto melihat ada pergeseran perilaku pemilih, khususnya PKB, PPP, dan PAN yang sebelumnya memiliki pemilih tradisional.
"PKB dengan NU, PPP dengan Islam tradisional dari tahun 60-an dan PAN dari Muhammadiyah. Tapi sekarang ikatan tradisional itu semakin berkurang," kata Andi Ali.
Saat ini kata dia, keberadaan tokoh populer menjadi daya tarik baru bagi pemilih begitu juga dengan ideologi partai.
"Yang muncul saat ini tokoh-tokoh populer dan saat ini partai mengejar tokoh-tokoh populer itu, namun ini tidak dilakukan PAN, PKB dan PPP," ujarnya.
"Dulu PAN memiliki tokoh populer seperti Amien Rais tapi dia sekarang mendirikan Partai Ummat. PKB ada dulu Gus Dur, tapi sepeninggal Gus Dur tidak ada lagi tokoh PKB yang bersinar," lanjutnya.
Beda dengan partai lain, seperti PDI Perjuangan saat ini masih ada Megawati, Gerindra bersama Prabowo begitu juga partai lain seperti NasDem yang memanfaatkan popularitas Anies Baswedan.
"Satu-satunya partai yang coraknya sama, PKS yang masih mengandalkan kadernya, sementara Golkar sendiri saat ini mengincar tokoh populer seperti Ridwan Kamil," ujarnya.
Andi Ali menilai PKB, PAN, dan PPP gagal merekrut tokoh populer. Menurut dia, PKB ingin meningkatkan elektabiliasnya dengan memaksakan diri untuk bergabung dengan Gerindra.
"PKB saat ini meminta untuk menjadi wakil presidennya Prabowo. Saya kira membuat pemilih tradisional PKB direndahkan karena ideologi PKB jauh dari Gerindra. Dari dulu NU (pemilih PKB) musuhnya nasional sekuler seperti PDIP dan Gerindra, tapi diabaikan PKB," ujar dia.
Adapun PAN saat sebelumnya pemilihnya dari kalangan Muhammadiyah, namun saat ini Muhammadiyah sudah membebaskan kadernya untuk memilih partai apa saja.
"Ini semakin menggerus mereka (PAN) apalagi Partai Ummat sudah lahir. Jika tiga partai ini tak mampu merekrut tokoh berpengaruh mereka bisa hancur di Pemilu 2024," ujar dia. (suryadi-fahrullah/B)