MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Implementasi Kurikulum Merdeka dan insersi moderasi beragama menjadi kebutuhan mendesak bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu mengasah nalar kritis terhadap siswa secara blended learning.
Direktur PAI Amrullah mengatakan bahwa para Guru PAI agar terus meningkatkan kompetensi dan merespon secara cepat perkembangan dunia pendidikan dalam kaitannya implementasi kurikulum merdeka,
“Saya berharap para GPAI untuk terus meningkatkatkan kompetensinya,” katanya pada acara penguatan Pembelajaran PAI di Hotel Aryaduta Makassar, Rabu (5/4/2023)
Dalam acara Penguatan Pembelajaran PAI SMA/SMK/SMALB Berbasis Blended Learning Angkatan I ini, dirinya menegaskan agar para guru Pelatih Propinsi (PP) yang ikut acara ini mampu memiliki paradigma baru dalam proses pembelajaran.
“Artinya kita memberikan ruang yang lebih besar bagi siswa untuk melakukan transfer of knowledge kepada semua elemen dalam kelas, sehingga bisa meningkatkan berpikir kritis (critical thinking) bagi siswa.” ujarnya.
Kepala Sub Direktorat PAI pada SMA/SMALB dan SMK, Gus Adib menambahkan bahwa dalam konteks digitalisasi informasi, guru PAI mampu menjawab tantangan kekinian.
"Pola pikir dan kompetensi digital yang mendukung efektivitas pembelajaran terletak di tangan para guru PAI. Dalam hal ini, metode blended learning (offline dan online) dirasakan cocok diterapkan di era digitalisasi informasi dan komunikasi ini," terangnya.
Kasubdit jebolan Flinders University Australia ini juga menyampaikan pesan pada GPAI untuk meraih kompetensi yang mampu menjawab tantangan zaman. Hal demikian dapat ditempuh dengan memperkokoh kompetensi guru penggerak yang mengintegrasikan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Blended learning merupakan konteks yang tepat untuk memperkuat kompetensi dimaksud.
"Selain meningkatkan kapasitas personal, jangan pernah memutuskan tali silaturahmi karena kita di masa depan akan butuh bantuan kawan-kawan lama kita. Kompetensi pedagogik, profesi, pribadi, dan sosial harus menyatu dalam diri guru penggerak," jelasnya. (Fahrullah/B).