"Sama halnya Demokrat mencoret muka sendiri. Nama Demokrat akan rusak, terutama dari pemilih Anies," kata Aswar.
Menurutnya, menjadi ujian Demokrat untuk tetap konsisten dalam perjanjiannya jika Anies tak memilih AHY. Sebab jika bergabung dengan PDIP, AHY akan tetap sulit mendapatkan posisi cawapres, sebab hubungan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Megawati Soekarnoputri sudah lama kurang harmonis.
Lanjut dia, meskipun dalam politik tak ada kata tidak mungkin. Terkait rencana pertemuan AHY dan Puan, itu juga dinilai hanya gertakan Demokrat saja.
"Itu gertakan AHY bahwa dengan mengasumsikan bahwa PDIP saja perhitungkan dia jadi cawapres, kenapa tidak di Koalisi Perubahan," katanya.
Di sisi lain, Aswar menilai ini sengaja dilakukan PDIP untuk mengganggu koalisi perubahan tidak memilih Khofifah Indar Parawansa. Sebab Khofifah dianggap figur yang berbahaya jika berpasangan dengan Anies.
Khofifah merupakan figur yang bisa merepresentasikan perempuan, Nahdlatul Ulama (NU), dan mewakili Jawa Timur (Jatim). Termasuk Indonesia Timur.
"Sebab selama ini yang muncul kan memang Khofifah dan AHY. Jadi bisa saja PDIP melakukan ini agar Khofifah tidak diganggu," pungkas Aswar
Sedangkan, Pengamat politik dan peneliti Yayasan Lembaga Kajian Pembangunan (LKP) Sulsel, Muhammad Asrul Nurdin pernyataan kondisi koalisi yang belum kelar soal bakal cawapres itu justru harus memperlihatkan kedewasaan dan kebesaran hati NasDem dan PKS untuk menerima AHY sebagai Cawapresnya Anies.
"Kalau sejak awal mereka memperlihatkan ketidakkompakan bahkan tak segan-segan merendahkan Demokrat, bisa jadi nanti kalau koalisi ini menang, Demokrat dibuang karena keberadaannya terkesan hanya dianggap pelengkap semata," ujarnya.
Bahkan Muh Asrul juga menilai, jika Demokrat memiliki misi menjadikan AHY sebagai Cawapres adalah hal yang pantas, sebab survei elektabilitas AHY justru menambah peluang Anies memenangkan Pilpres.
"Kan NasDem yang menyodorkan Anies, jadi wajar jika Demokrat meminta wakil karena memang kadernya memandat AHY jadi Capres atau Cawapres, bukan semata-mata menjadi sekedar pelengkap bagi misi NasDem untuk berkuasa," imbuh Asrul. (Suryadi/B)