Australia Apresiasi Kolaborasi Lintas Sektor di Indonesia Dalam Mengatasi Pandemi COVID-19

  • Bagikan
ilustrasi

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan, drg. Dyah Puspita Dewi, M.Kes mengatakan, Pemerintah Kabupaten langsung melakukan kolaborasi dengan sejumlah pihak termasuk aparat TNI dan Polri dalam melakukan vaksinasi.

“Waktu itu, kami selenggarakan (vaksinasi inklusif) di SLB. mobilisasi warga banyak digerakkan oleh desa, Babinsa, Babinkamtibmas dan komunitas disabilitas. Dukungan lintas sektor sangat luar biasa. Untuk mereka yang tidak bisa hadir, kami datangi petugas puskesmas dengan pendamping disabilitas,” jelas Dyah.

“Selain itu, kami di Kabupaten Pinrang juga mendapatkan dukungan luar biasa dari tim penggerak PKK, dengan catatan khusus, bahwa kami bekerja sama dengan Disdukcapil. Mereka lakukan pencatatan khusus untuk warga yang tidak punya KTP, langsung dibuatkan di lokasi vaksinasi. Saya rasa ini contoh kolaborasi yang sangat bagus untuk kegiatan-kegiatan seperti ini,” Dyah menambahkan.

Manager Program VACCINE dari Migrant CARE, salah satu mitra pelaksana program vaksinasi inklusif kerja sama AIHSP dengan Save the Children, Sinam Sutarno mengatakan, salah satu pembelajaran saat menjangkau kelompok rentan adalah melihat sesuai dengan konteks kebudayaan dan kebutuhan setempat.

“Seperti saat melakukan pendekatan terhadap lansia di Cilacap, lansia yang menjangkau lansia menjadi lebih efektif, begitu juga pada saat salah satu rekan kami melakukan pendekatan ke masyarakat samin di Pati,” ungkap Sinam.

Menurut Sinam, selain pembelajaran, masih terdapat sejumlah tantangan yang belum mendapatkan jawaban pasti dari pengalaman menangani pandemi kemarin. Salah satunya adalah persoalan ketersediaan data yang solid dan akurat, terutama yang mencakup masyarakat berisiko tinggi dan tinggal di wilayah dengan berbagai keterbatasan akses.

“Kita punya masalah serius soal data penyandang disabilitas. Di masyarakat, data tidak tersedia dengan memadai. Kita mengalami kesulitan bagaimana cara menjangkaunya” ujar Sinam.

Amanda Farliany, seorang aktivis tuli yang turut berdialog dalam webinar tersebut mengungkapkan, salah satu kendala yang ditemui di fasilitas layanan kesehatan seperti puskesmas adalah kurangnya fasilitas ramah tuli dan kepekaan tenaga kesehatan.

“Misalnya saat sedang antri, kami dipanggil. kami kan tidak bisa dengar, jadi sebaiknya di ruang tunggu vaksinasi atau puskesmas disediakan layar agar teman-teman tuli tahu kalau mereka dipanggil,” ujar Amanda.

Selain Amanda, Staf Media Sasana Inklusi & Gerakan Advokasi, Ajiwan Arief Hendradi mengungkapkan bahwa komunitas penyandang disabilitas sendiri masih terus mencoba untuk memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), secara khusus untuk para penyandang disabilitas, dengan dukungan AIHSP. Namun, menurut Ajiwan, selain upaya meningkatkan kesadaran, penyandang disabilitas kerap kali menemukan tantangan dalam mengakses layanan kesehatan.

  • Bagikan