Ia menyampaikan, sekaitan dengan Kasus TPPO yang terjadi baru-baru ini pihaknya juga telah melakukan koordinasi dengan pihak Polda Sulsel untuk terus mengungkap bahkan menghentikan jaringan perdagangan orang tersebut.
“Jadi kami sudah lakukan beberapa kali rapat dengan pihak Polda Sulsel, bahkan kita sudah lakukan perjanjian kerja sama menyangkut pemberantasan TPPO agar kasus bisa minim, kita juga sudah meminta kepada pihak polda agar pelatihan untuk tenaga kerja di luar negeri itu masyarakat lebih memilih jalur yang disediakan pemerintah ketimbang jalur lain,” ungkapnya.
Ia membeberkan, baru-baru ini juga pihaknya telah melepas PMI ke Arab Saudi yaitu petugas kesehatan (Suster), namun kata dia untuk tujuan PMI terbesar itu ke negeri jiran Malaysia yang kecenderungan sebagai pekerja di ladang dan perekebunan.
“Sudah banyak yang kami kawal untuk bekerja keluar negeri, kemarin kami melepas PMI kita yang berangkat ke arab saudi, sebenarnya PMI kita paling banyak sih tujuannya malaysia, tapi beberpa hari lalu kita baru berangkat ke arab saudi,” jelasnya.
Kata dia, pihaknya juga tengah fokus melakukan pelatihan dengan memperhatikan segala aspek terhadap para pekerja sebagai upaya menekan angka TPPO“Kami sekarang lebih memilih untuk melakukan penyaluran tenaga kerja yang memiliki kompetensi untuk meminimalisir TPPO,”pungkasnya.
Sebelumnya, Dirreskrimum Polda Sulsel, Kombes Pol Jamaluddin Farti mengatakan, tercatat sudah ada 94 orang yang menjadi korban TPPO.
"Korbannya sudah sekitar 94 orang yang berasal dari Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Gowa, Jeneponto, Bone dan Polmas, Sulawesi Barat (Sulbar)," kata Jamaluddin sebelumnya.
Para korban rencananya akan dipekerjakan di Negara Malaysia sebagai buruh dan pembantu rumah tangga. "Rata-rata pekerja Sawit dan pembantu rumah tangga," jelasnya. (Abu/B)