Ditolak PDIP, PSI Potensi Dukung Prabowo

  • Bagikan
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie memberikan keterangan usai melakukan konsolidasi pemenangan Pemilu di Hotel Arya Duta Makassar, Minggu petang (30/7/2023). (Foto Fahrullah)

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sempat menyatakan dukungan kepada Ganjar Pranowo sebagai kandidat calon Presiden 2024 mendatang. Namun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menolak dukungan partai yang didirikan oleh Grace Natalie tersebut.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie mengatakan, memang PSI awalnya memberikan dukungan kepada Ganjar Prabowo sebagai calon Presiden sebelum PDI Perjuangan memberikan mandat kepada Gubenur Jawa Tengah tersebut.

"Jadi waktu akhir tahun 2022 PSI menyampaikan hasil rembuk rakyat atau jajak pendapat. Dimana jajak pendapat itu isinya ada 9 nama dan semuanya bukan kader PSI. Jadi disitu yg tertinggi adalah pak Ganjar. Kami umumkan hasil dari jajak pendapat," kata Grace Natalie saat ditemui usai melakukan konsolidasi PSI Sulsel di Hotel Arya Duta Makassar, Minggu Petang (30/7/2023).

Tak adanya respon dari PDI Perjuangan PSI akan menggelar Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) untuk membahas siapa yang akan didukung pada Pilpres mendatang.

"Kita sendiri di PSI punya proses nih, antara lain Kopdarnas yang rencananya akan diadakan 22 Agustus. Jadi kita akan tentukan dan minta masukan dari seluruh pengurus dan kader PSI (siapa yang akan didukung). Karena kan aspirasi di Sulsel berbeda dengan di jawa, " ujarnya.

Disinggung siapa yang akan dia dukung setelah ditolak oleh PDI Perjuangan, Grace Natalie menyebutkan saat ini pihaknya masih terus memantau perkembangan politik tapi kata dia paling penting adalah orang yang bisa melanjutkan program Jokowi.

"Ibaratnya nih, pak Jokowi selama 9 tahun dia bangun tiang-tiang pancang. Tiang pancang ini sudah jadi sekarang, tinggal kita bangun di atasnya. Nah kalau orang selanjutnya tidak bangun di atas tiang pancang atau dirobohkan atau dicuekin, nggak dipakai, berarti kita rugi uang dan waktu," tuturnya.

"Padahal tahun 2038 kita sudah mencapai Indonesia emas dimana usia produktif lebih banyak daripada non produktif. Jadi sayang sekali, waktunya tidak banyak kalau orang yang meneruskan kepemimpinan selanjutnya tidak punya komitmen untuk melanjutkan di atas tiang pancang, maka kita betul-betul akan rugi dan waktu tidak akan bisa diputar kembali," lanjutnya.

Disinggung apakah itu Prabowo, Grace Natalie menyebutkan, bisa siapa pun, karena kompas PSI saat ini ada pada Jokowi.

"Dalam situasi ini kita menggunakan kompasnya adalah jokowi. Karena beliau yang tentunya punya konsen yang sama, buat apa buang waktu 9 tahun punya proyek jangka panjang yang butuh kesinambungan policy kebijakan. Nah kalau ini nggak dilanjutkan maka mangkrak semua," jelasnya. (Fahrullah/B)

  • Bagikan

Exit mobile version