Kaitan dengan hadirnya Prabowo di acara anti Mager. Direktur Profetik Institute, Muh Asratillah memberikan pandangan bahwa tak bisa dipungkiri, karena jalan sehat anti Mager berbau politisasi.
"Dengan hadirnya Prabowo Subianto dalam kegiatan Anti Mager, tentu akan dilihat oleh sebagian pihak sebagai peristiwa politik," ujarnya.
Menurutnya, walaupun kehadiran Prabowo secara administratif dalam kapasitas sebagai Menteri Pertahanan. Kenapa kehadiran Prabowo rentan ditafsir sebagai peristiwa politik oleh sebagian besar orang? Karena ada peristiwa-peristiwa politik sebelumnya yang mendorong tafsiran publik ke arah sana.
Lanjut dia, dalam beberapa momen kenegaraan sebelumnya, sangat kentara bagaimana Presiden Jokowi melakukan endors secara tidak langsung pada figur Prabowo, yang bisa jadi sinyal bagi aktor-aktor politik lain terutama para kepala daerah.
"Kemudian kedekatan yang diperlihatkan antara Prabowo dengan Andi Amran Sulaiman yang notabene adalah kakak dari Gubernur Sulawesi Selatan. Belum lagi ada family dari Gubernur Sulawesi selatan yang sementara nyaleg di Partai Gerindra," jelasnya..
Kendati demikian, ia menuturkan. Walaupun tidak ada pesan sosialisasi langsung Prabowo secagai Capres dalam acara Anti Mager yang dilaksanakan oleh Pemprov Sulsel.
Namun, kehadiran beliau seakan-akan memberikan sinyal kepada publik Sulsel bahwa ada kedekatan khusus antara Gubernur Sulsel dengan Prabowo, bahwa Prabowo adalah figur yang diterima luas masyarakat luas.
"Hadirnya Prabowo di kegiatan anti Mager dalam kacamata Marketing Politik merupakan upaya "soft selling" untuk mensosialisasikan Prabowo sebagai bacapres," tuturnya.
Dia menambahkan, jika ditelistik lebih jau. Cuman memang yang menjadi soal secara etik adalah keterlibatan ASN dan aparat desa secara luas dalam kegiatan tersebut.
Hal Ini juga menunjukkan bahwa birokrasi pemerintahan masih menjadi salah satu instrumen politik favorit bagi para incumbent untuk memuluskan agenda-agenda politiknya.
