MAKASSAR, RAKYATSULSEL - PUJANGGA asal Inggris, William Shakespeare (26 April 1564-23 April 1616), yang tersohor, pernah bertanya; Apalah arti sebuah nama? Kalau sekuntum bunga mawar yang harum mewangi diberi nama kembang raflesia, maka bunga itu akan tetap harum.
BEGITULAH eksistensi soal nama seperti yang digambarkan William Shakespeare pada roman percintaan dua orang anak manusia dari dua keluarga kaya raya dan saling mencintai; Romeo dan Juliet.
Sayang, hubungan wanita cantik dan pria tampan itu mengalami masalah karena Romeo yang berasal dari keluarga Montague dan Juliet dari keluarga Capulet, saling bermusuhan sejak lama.
Kisah cinta anak muda Italia itu berakhir sangat tragis. Romeo Montague bunuh diri dengan cara meminum racun karena mengira Juliet Capulet telah meninggal gegara cinta mereka tak direstui.
Sementara itu, Juliet Capulet melakukan aksi bunuh diri dengan menikam dirinya setelah melihat Romeo Montague mati di hadapannya. Singkat ceritera, cinta mereka kandas hanya gegara nama belakang (keluarga) mereka yakni Montague dan Capulet, yang sudah bersaing dalam banyak hal, dan
persaingan itu menyebabkan dua keluarga kaya raya itu tak
pernah akur.
Pada kisah Romeo dan Juliet ini, nama belakang mereka menjadi biang masalah. Karenanya, Shakespeare pun sempat melontarkan pertanyaan yang sampai saat ini sangat terkenal; What's in a Name? Nah ketika nama menjadi sumber pertentangan, maka nama itu akan tidak berarti banyak. Apalagi jika pesan yang hendak disampaikan melalui "merek" itu cenderung terdistorsi.
Nama kemudian menjadi kehilangan makna. Lain halnya dengan kisah nyata seorang mantan buruh yang dipecat, lalu menjadi pengusaha yang memulai usahanya dari nol, dan kini menjadi seorang raja baja.
Dialah Budi Harta Winata. Orang tua yang memberinya nama, sangat yakin dan percaya bahwa nama itu sangat penting, dan kelak menjadi penyemangat dalam berusaha dan mencapai apa yang telah menjadi doa.
Pertanyaan Shakespeare; apa arti sebuah nama, tentu akan dijawab oleh Budi Harta Winata dengan pembuktian bahwa nama adalah identitas diri, doa sekaligus harapan. Sadar akan pentingnya makna nama yang disematkan orang tuanya, serta belajar dari kisah sukses orangorang yang sukses karena memuliakan orang tuanya membuat Budi Harta Winata sangat memuliakan orang tua, dan itulah kisah sukses pria berdarah Wija To Luwu kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur ini.
Pada setiap kesempatan, Budi Harta Winata menjadikan orang tuanya
sebagai raja. Menghormati, memuliakan, melayani dan memprioritaskannya.
Prinsip pria subur ini sangat sederhana, "Jadikan orang tuamu raja, maka rezeki-nya seperti raja". Budi Harta Winata sangat yakin bahwa nama itu bermakna doa dan harapan untuk diri sendiri dan kehidupan.
Setiap hendak melakukan sesuatu, Budi Harta Winata selalu memulai dengan doa agar harapannya tercapai. Menjadikan orang tua sebagai raja, sang anak menjadi raja baja. Harapan untuk bersedekah dan berbagi kepada banyak orang antara lain terwujud melalui "spritual company" yang bergerak di industri
baja dengan mempekerjakan ribuan orang. Nama adalah identitas, doa
dan harapan.
Kini sosok Budi Harta Winata telah menjadi orang yang Berharta, Berbudi, Berwinata. Berbudi artinya kesadaran untuk selalu berpikiran baik, bersedekah dengan banyak orang. Berharta bermakna mempunyai harta dan ramah, plus suka bersedekah. Sementara Berwinata dalam bahasa Sanskerta berarti sederhana dan rendah hati. (*)