MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Menyambut Hari Natal dan Tahun Baru 2024 ketersediaan dan keterjangkauan harga bahan pokok harus menjadi prioritas perhatian pemerintah daerah dan pemerintah provinsi Sulawesi Selatan. Salah satunya, rutin menggelar operasi pasar dan pasar murah di pemukiman warga.
Pemerintah Kota Makassar menyiapkan operasi pasar untuk mengantisipasi kenaikan harga. Operasi pasar ini akan digelar dengan dua metode yakni dengan menyiapkan operasi pasar yang ditempatkan di pasar tradisional dan operasi pasar di pemukiman masyarakat Kota Makassar.
Untuk operasi di pasar tradisional menggunakan mobil pengendali inflasi milik Pemkot Makassar dan operasi pasar di pemukiman warga akan menggunakan konter-konter yang tersebar di setiap kelurahan sebanyak 144 konter.
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto mengatakan operasi pasar ini tentunya akan menyiapkan komoditi-komoditi yang sedang mengalami kenaikan harga di pasaran.
"Jangan nanti tunggu naiknya baru gelar operasi," kata Danny Pomanto seusai melakukan pengecekan harga pangan di Pasar Toddopuli bersama Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, Kamis (30/11/2023).
Danny mengatakan operasi pasar ini merupakan salah satu wujud sinergitas antara pemerintah Kota Makassar bersama pemerintah Provinsi Sulsel dan seluruh stakeholder dalam mengendalikan inflasi.
"Modal pemerintah adalah kekompakan. Pemkot dan Pemprov serta seluruh instansi terkait bertekad mengendalikan inflasi," imbuh dia.
Apalagi, kata Danny, inflasi yang terjadi pada September lalu memicu banyak komoditi yang mengalami kenaikan harga karena meningkatnya kebutuhan masyarakat. Sehingga, dibutuhkan kekompakan dan sinergitas untuk mengendalikan inflasi ini. Apalagi, tantangan yang dihadapi saat ini sungguh berbeda. Sebab, kata Danny, memasuki tahun politik yakni masa kampanye harga-harga komoditi perlu dijaga dengan baik.
"Sehingga ini kita mesti jaga sebaik-baiknya agar ekonomi semua terkendali, Sulsel dan Kota Makassar," ujar Danny.
Diketahui, berdasarkan hasil pengecekan harga pangan di Pasar Tradisional Toddopuli yakni untuk beras medium Rp10 ribu/liter, minyak goreng Minyakita Rp15 ribu/liter, telur ayam ras Rp40-45 ribu/rak. Sedangkan cabai rawit Rp80-90 ribu/kg, cabai hijau besar Rp30 ribu/kg, cabai merah besar Rp50-60 ribu/kg, cabai keriting Rp60 ribu/kg, bawang merah Rp25-35 ribu/kg, dan bawang putih Rp40 ribu/kg.
Adapun harga resmi di pasar ini dari PD Pasar Makassar, Beras kualitas bawah 12.500/kg, beras kualitas medium Rp13.000/kg, beras kualitas super Rp13.800/kg, daging ayam Rp24.000/kg, cabai rawit Rp80.000/kg, daging sapi Rp125.000/kg, minyak goreng curah Rp16.000/kg, telur ayam ras segar Rp30.000/kg, minyak goreng kemasan Rp18.000/liter, cabai merah besar Rp60.000/kg, cabe merah keriting Rp60.000/kg, bawang merah Rp35.000/kg, bawang putih Rp40.000/kg, gula pasir premium Rp18.000/kg dan gula pasir lokal Rp17.000/kg.
Sementara itu, dalam dua pekan terakhir, harga komoditas cabai di beberapa wilayah Sulsel masih tinggi. Harga cabai di Bone tembus di angka Rp 90 ribu per kilo pun di Maros pada kisaran Rp80.000 per kilo.
Salah seorang pedagang di Pasar Toddopuli, Syamsiah (38) mengatakan beberapa hari yang lalu harga cabai rawit yang Rp 100 ribu per kilo. Saat ini sudah turun menjadi Rp 90 ribu per kilo.
Selain itu, beberapa bahan rempah seperti bawang merah saat ini sudah kembali normal dengan harga pasaran saat ini Rp 25 ribu-35 ribu per kilo yang sebelumnya sempat menembus angka Rp 70 ribu per kilo.
Pedagang barang campuran, Iskandar (41), mengatakan untuk harga gas LPG 3 kilogram Rp 18.500, untuk harga beras medium itu Rp 10 ribu per liter, harga Minyakita sekarang Rp 15 ribu.
Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin mengatakan aktif memantau kondisi harga di beberapa daerah. Dia meminta, hal serupa turut dilakukan oleh pemerintah setempat untuk memastikan keterjangkauan harga bahan pokok menuju Natal dan Tahun Baru.
Bahtiar mengatakan, langkah yang dapat dilakukan sedini mungkin yaitu aktif melakukan pemantauan pasar agar solusi intervensi pemerintah selalu ikut pada masalah di lapangan.
“Bupati dan wali kota di Sulsel harus kompak menghadapi Nataru. Sehingga hal yang sama harus dilakukan untuk turun di pasar-pasar mengecek harga dan mengambil langkah dan mengendalikan harga setempat,” ujar dia.
Bahtiar mengakui, harga cabai memang konsisten mengalami kenaikan. “Saya kira persoalan cabai ini akut karena dialami seluruh Indonesia, bukan hanya di Sulsel. Dari pengecekan ini, secara umum harga-harga di Makassar itu terkendali,” ujar Bahtiar.
Ia membeberkan, untuk atensi kenaikan harga bahan pokok Pemprov Sulsel bakal aktif melakukan pemantauan pasar setiap Senin dan Selasa. Menurut dia, salah satu intervensi harga kenaikan cabai adalah mewujudkan program bagi setiap rumah menanam sepuluh pohon cabai.
"Karena saat ini suplai bahan pokok seperti cabai dan beberapa hasil laut di Sulsel juga menjadi suplai untuk wilayah lainnya. Ketahanan pangan Sulsel terkendali dan komoditi kita banyak menyuplai ke daerah lain," beber Bahtiar.
Lebih jauh ia mengatakan akan terus mendorong program tanam cabai Pemprov Sulsel agar ke depan Sulsel dapat deklarasi bebas inflasi akibat Cabai.
"Saya ingin satu tahun ke depan Sulsel ini bisa deklarasi bebas cabai. Saya siapkan metodenya bersama kabupaten dan kota sehingga ini tidak berulang masalahnya," kata dia. (shasa anastasya-abu hamzah/C)