MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Aksi unjuk rasa yang hampir tiap hari digelar sekelompok mahasiswa di Jalan Sultan Alauddin, Kota Makassar, membuat sejumlah pengendara resah karena terjebak kemacetan panjang.
Seperti aksi unjuk rasa yang digelar puluhan mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) Unismuh Makassar di depan kampusnya, Rabu (13/12/2023), mendapatkan reaksi negatif dari pengendara yang hendak melintas menuju arah Kabupaten Gowa.
Mereka mengungkapkan ketidaknyamanannya dan meminta aparat kepolisian untuk segera membubarkan aksi unjuk rasa mahasiswa yang menutup full jalan itu.
Seperti yang diungkapkan oleh seorang driver ojek online (ojol) hingga bersitegang dengan massa aksi. Pengendara ojol tersebut berhenti di depan kelompok mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa dan memintanya membuka jalan agar masyarakat bisa lewat.
"Bukakan itu jalan, kasihan masyarakat di belakang, macet sekali sampai di ujung (pertigaan AP Pettarani-Sultan Alauddin)," ucap driver ojol itu.
Bukannya mengindahkan, beberapa mahasiswa justru menghampiri dan meminta pengemudi ojol tersebut untuk melanjutkan perjalanannya. "Jalan mi pak, itu adaji kita buka jalan," ucap mahasiswa.
Hal yang sama juga diungkapkan seorang pengemudi bernama Wahyu (42). Ia mengeluh akses jalannya ditutup oleh mahasiswa sehingga dirinya terlambat sampai ke tempat kerjanya di Kabupaten Gowa.
Ia mengaku dirugikan karena harus mengejar waktu masuk bekerja. "Saya ini buru-buru kasian mau kerja, tapi ini jalan ditutup, suruh mi itu bubar itu kodong," ujar Wahyu.
Wahyu juga merasa kesal karena dirinya terjebak kemacetan akibat aksi unjuk rasa kelompok mahasiswa lainnya di depan Kampus I UIN Alauddin Makassar.
"Di sana juga demo (di depan Kampus I UIN Alauddin Makassar)," ujar Wahyu sambil menunjuk ke belakang.
Diketahui, aksi unjuk rasa mahasiswa dari Fakultas Agama Islam (FAI) Unismuh Makassar dalam rangka memperingati Hari HAM dan Anti Korupsi.
Puluhan mahasiswa terlihat berkumpul sambil membentangkan spanduk bertuliskan tuntutannya dan membakar ban bekas sebagai protes terhadap pemerintah yang dianggap tidak serius dalam menuntaskan sejumlah kasus HAM dan kasus korupsi yang terjadi di Tanah Air.
Suasana aksi sempat memanas saat pengendara nekat menerobos jalan yang diblokir massa aksi. Begitupun saat massa aksi menghentikan truk peti kemas, aparat kepolisian yang berusaha membuka jalan mendapatkan perlawanan dari mahasiswa.
Aksi saling dorong pun tak terhindarkan, bahkan terdengar teriakan makian dari salah satu mahasiswa kepada aparat Kepolisian.
Mahasiswa merasa, aparat Kepolisian tidak memberikan ruang pada mereka dalam menyuarakan aspirasinya. Pada sisi lain, pihak kepolisian berupaya memberikan hak-hak pengguna jalan.
Jenderal Lapangan bernama Nur Fanila, dalam orasinya menekankan bahwa perjuangan untuk menjaga HAM dan memberantas korupsi harus terus dilakukan oleh semua pihak.
"Kami sebagai mahasiswa merasa memiliki tanggung jawab untuk turut serta dalam mengawal dan memastikan hak-hak asasi manusia di Indonesia tetap terjaga," ujar Nur dalam orasinya. (Isak/B)