PBB kata dia, termasuk kategori partai elektoral, yakni partai yang kemunculannya hanya di momentum-momentum Pemilu. Tidak hadir di everyday politics warga negara.
Di Sulsel, pasca kepemimpinan Zoubair Bakri di awal reformasi, tidak ada lagi tokoh yang mampu mengkonsolidasi organisasi. Bahkan kursi parlemen di tingkat lokal, semakin tergerus dan hilang tak bersisa, seperti DPRD Sulsel dan DPRD Makassar.
Semua itu hanya dampak dari tidak bekerjanya konsolidasi organisasi. Tokoh-tokoh lama semakin menghilang dan tokoh-tokoh baru tak kunjung muncul. Akibatnya, rekrutmen Caleg pun tidak optimal.
Sikap dukungan PBB ini juga sering melawan arus besar aspirasi Islam politik. Posisi seperti itu membuat politisinya kesulitan mengatur isu dan strategi pemenangan.
"Di masa pra-pemilu bertindak oposisi, sementara di masa Pemilu menjadi bagian dari status quo kekuasaan," tutup Luhur. (Fahrullah/C)