Penulis: Darussalam Syamsuddin
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Al-Qur'an ketika Allah swt. memulai seruannya dengan kalimat “Ya ayyuhan nas”, wahai manusia”, seruan itu dimaksudkan mengandung sebuah prinsip atau nilai yang berlaku umum, bukan untuk umat Islam saja. Allah menegaskan sebuah nilai yang bersifat universal yang berlaku bagi bangsa apa saja, di mana pun bangsa itu berada, kapan pun bangsa itu hidup. Semuanya terpanggil dengan seruan itu.
Berbeda ketika Allah Swt. memulai seruannya dengan kalimat “Ya ayyuhalladzina amanu, wahai orang-orang yang beriman”. Allah menegaskan ajaran terkandung dalam seruan itu hanya untuk umat muslim saja. Seruan yang di awali dengan kalimat seperti ini banyak ditemukan dalam Al-Qur'an.
Jika diperhatikan, seruan yang menggunakan kalimat “Ya ayyuhan nas”, akan ditemukan bahwa seruan itu mengajarkan dan mengandung nilai-nilai yang dipandang baik oleh semua manusia. Misalnya: “Ya ayuhan nas inna khalaqnakum min dzakari wa untsa wa ja’alnakum syu’uba wa qabaila lita’arafu, Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal” (QS. Al-Hujurat/49 : 13).
Seruan seperti ini mengandung nilai-nilai universal mengajarkan kepada semua manusia tentang kerja sama, saling mengenal, dan saling memahami, bukan saling berperang, dan saling memusnahkan. Nilai seperti ini menjadi fitrah seluruh manusia.
Meskipun mereka belum mengenal Islam, dalam diri mereka ada keinginan untuk saling bekerja sama dengan seluruh umat manusia di jagat raya ini. Seruan dalam ayat ini menepis pandangan antropolog yang mengatakan bahwa sifat dasar manusia adalah saling menyerang atau agresivitas, menurut Al-Qur'an sifat dasar manusia adalah bekerja sama dan saling mencintai.
Memang masih ditemukan dalam pergaulan dunia misalnya masih saja ada bangsa misalnya Rusia dan Ukraina dilanda perang, demikian pula Israel dan Palestina belum memperlihatkan tanda akan berakhir. Negara-negara Timur Tengah dan selainnya juga masih ada yang dilanda perang, Al-Qur'an berpesan mana banyakan mana negara yang dilanda perang atau negara dalam keadaan damai?
Jawabnya masih lebih banyak negara yang dalam keadaan damai. Pertanyaan seperti ini bisa dikemukakan dalam kehidupan di negara kita. Misalnya ada yang berkata, negara kita juga terdapat gangguan keamanan seperti di Papua masih saja menelan korban? Al-Qur'an berpesan banyakan mana wilayah yang tenteram atau yang mengalami gangguan keamanan? Jawabnya masih lebih banyak wilayah yang tenteram.
Pertanyaan serupa masih dapat dibawa kepada cakupan yang lebih kecil, misalnya rumah tangga banyak pasangan suami-istri yang bercerai? Al-Qur'an berpesan banyakan mana suami-istri yang bercerai atau yang tetap rukun? Jawabnya masih lebih banyak suami-istri yang rukun dari pada yang bercerai.
Memang betul ada suami yang tega menganiaya istrinya, tapi masih lebih banyak suami yang mencintai dan menyayangi istrinya.
Ajaran universal yang menjadi fitrah manusia adalah dinyatakan dalam Al-Qur'an “Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha” Allah telah mengilhamkan kepada semua manusia nilai-nilai keburukan dan nilai-nilai kebaikan” (QS. As-Syams/91 : 8).
Perkembangan zaman mempertontonkan fitrah manusia sering terlupakan, diganti dengan pikiran-pikiran manusia dan hawa nafsu. Terjadilah peperangan, kezaliman, kriminalitas, dan kekerasan terhadap sesama manusia.
Fitrah yang mengajak kepada kebenaran dan kesucian diabaikan dan terlupakan. Menurut Al-Qur'an fitrah manusia yang sebenarnya adalah saling mencintai bukan saling memusuhi apa lagi saling memusnahkan. Seruan universal seperti ini berlaku untuk siapa saja bangsa apa saja, di mana pun bangsa itu berada, dan kapan pun bangsa itu hidup. (*)