Untuk mewujudkan target ini, pihaknya kerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi di Jepang, Universitas Malaysia dan Singapura. Apalagi saat ini UMI dan Universitas di Asean termasuk Malaysi kerja sama riset teknologi.
Ia menegaskan bahwa, saat ini UMI terus maju memperlihatkan jati dirinya di era persaingan global. Kendati demikian, UMI tidak meninggalkan ciri ke-UMI annya sebagai lembaga pendidikan tinggi yang islami.
"Apalagi kan UMI akreditasi unggul 5 Desember hingga 2028. UMI juga memiliki guru besar terbanyak di LLDikti Sultabatara," tuturnya.
Ditambahkan, gelar guru besar bukan berarti aktifitas belajar berhenti. Namun, terus tingkatkan inovasi dan pemikiran untuk memberikan sumbangsih kepada UMI dan masyarakat.
"Gelar Prof juga terus cerminkan keahlian dan kemampuan dan idealisme dalam membangun ummat dan bangsa," tukasnya.
Sedangkan, Ketua Dewan Guru Besar UMI, Prof. Mansyur Ramly mengatakan bagi seorang profer di UMI walaupun karakternya tidak berbeda.
"Gelar Profesor harus memiliki yang namanya human intelektuality, seperti yang dikatakan orang tua dulu adalah di atas langit masih ada langit lagi," katanya.
Karena itu para guru besar UMI semestinya secara mandiri dan swadaya itu bisa mengembangkan kajian-kajiannya secara mandiri sehingga ilmu intelektualnya selalu berkembang.
Selalulah melakukan pemukhtahiran pengetahuan kita. Apalagi era sekarang ini semua serba cepat perubahannya.