MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulsel, khususnya di Dapil Makassar A dan B diprediksi masih didominasi partai-partai politik yang saat ini menduduki parlemen tersebut. Adapun partai politik (parpol) diproyeksi bakal kewalahan meraih kursi.
Pakar politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Sukri Tamma menilai, sulit bagi partai politik pendatang baru untuk berkontestasi pada Pemilu kali ini. Sebab, persaingan sangat ketat.
"Memang akan sangat sulit untuk bersaing bagi parpol pendatang baru. Mengingat, sekarang ini parpol yang sudah matang pun masih saling sikut, sehingga butuh kerja lebih ekstra untuk bisa bersaing," ujarnya.
Selain itu, infrastruktur partai juga sangat menentukan. Sehingga, bagi partai yang masih setengah-setengah, atau bahkan hanya sekadar tes-tes ombak, secara otomatis akan kewalahan.
Terlebih lagi jika mereka tidak punya pentolan tokoh yang memang punya jejak karir politik bagus. Itu mengharuskan mereka bekerja berkali-kali lebih ekstra untuk bisa merebut suara, khususnya parlementary treshold.
"Kalau mesin partai lemah, infrastruktur minim, ditambah tidak ada tokoh, maka mereka harus berkali-kali lipat lagi kerjanya," jelasnya.
Direktur Eksekutif PT Indeks Politica Indonesia (IPI), Suwadi Idris Amir mengatakan, jika caleg parpol baru ingin meraih kursi di Dapil Makassar A maupun Makassar B maka harus bekerja keras. Karena komposisi partai yang sudah memiliki kursi jauh lebih baik lagi di bandingkan Pemilu 2019 lalu.
"Seperti di Makassar A Golkar, PPP, PDIP Perjuangan dan PKS. Walau mereka tak memiliki petahana lagi, tapi pendatang baru mereka juga jauh lebih baik. Seperti Golkar ada Munafri Arifuddin, Nasran
Mone dan Kadir Halid," ujarnya.
PPP pun demikian, meski Imam Fauzan naik kelas ke DPR RI, mereka juga memiliki Yusran Sofyan, Sampara Sarif dan Arifuddin Lewa. Sementara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ada Fadli Ananda, Busranuddin Baso Tika yang bisa menggantikan Rudi Pieter Goni. Begitu juga di PKS saat ini ada Yeni Rahman, Munir Mangkana dan Imbar Ismail.
“Jadi partai-partai pendatang baru harus kerja keras jika ingin meraih kursi (Makassar A),” kata Suwadi Idris Amir.
Terlebih lagi kata dia, di Makassar A ada dua partai yang mampu meraih 2 kursi, selain NasDem yang saat ini masih dianggap bisa mempertahankan 2 kursi ada juga Gerindra. “Kalau NasDem dan Gerindra mampu meraih 2 kursi pasti ada yang hilang,” ucapnya.
Partai pendatang baru hanya bisa meraih kursi jika Gerindra hanya mempertahankan 1 kursi dan NasDem kehilangan 1 kursi.
“Partai yang bisa bersaing merebutkan kursi terakhir jika perolehan kursinya merata 1 (Makassar A) Gelora dan Perindo. Tapi kalau NasDem dan Gerindra bisa meraih 2 kursi maka berpotensi hilang Demokrat atau PKS, karena saya lihat pergerakan Caleg PKB juga cukup bagus,” jelasnya.
Untuk Makassar B kata Suwadi Idris, lebih sulit lagi bagi parpol pendatang baru meraih kursi. "Karena partai yang sudah memiliki kursi pastinya berupaya mempertahankan kursi, apalagi di Makassar hanya 6 kursi diperebutkan,” jelasnya. (Fahrullah/B)