Kabar baiknya, Telkom mempunyai kebijakan khusus untuk calon pegawai yang masih berstatus mahasiswa. Yakni, tetap memberikan gaji sebesar Rp200.000 per bulannya. Sebuah penghasilan yang sangat besar bagi seorang mahasiswa kala itu. Gaji itu lalu digunakan Firdaus membayar uang kuliah, sewa indekos, dan biaya sekolah adik-adiknya.
Sesuai kebijakan Telkom, Firdaus kemudian menyelesaikan kuliahnya (di Unhas). Dia diwisuda pada Oktober 1991 dan mendapat gelar insinyur. Setelah itu, dia langsung menjalani ikatan dinas di Telkom Bandung, Jawa Barat.
Selepas dari pendidikan kedinasan tersebut, mulailah Firdaus merintis kariernya di Telkom Group. Dia untuk kali pertama ditempatkan di Telkom Surabaya. Saat itu jabatannya bahkan sudah lebih tinggi dari posisi ayahnya. Sebuah prestasi yang sungguh tak pernah terbayangkan. Tidak oleh dirinya, juga tidak oleh sang ayah.
Kini, kepak sayap Firdaus di Telkom Group, sudah kian tak tergapai oleh mendiang sang ayah. Saat ini, misalnya, dia ditunjuk sebagai President Director PT Graha Duta Sarana (Telkom Property). Meski demikian, tidak membuat dia menjadi lupa diri. Sebaliknya, dia justru tetap rendah hati dan sangat sayang pada keluarganya. Terkhusus pada sepasang orang tua dan ketujuh adiknya.
Firdaus yang di lingkungan keluarganya lebih akrab disapa Daeng Manye, dibesarkan dalam keluarga besar dengan penuh kasih. Setidaknya dia punya tujuh adik yang satu sama lain saling menyayangi. Yakni berturut-turut Mohammad Fadil Imran Daeng Timung, Sitti Hapsah Daeng Dinging, Mohammad Faisal Irfan Daeng Malu, Sitti Husniah Daeng Talenrang, Mohammad Ilham Daeng Raga, Sitti Haerani Daeng Janne, dan si bungsu Mohammad Yanuar Iswandi Daeng Embong.