Menurut akademisi Antropologi Universitas Hasanuddin, semakin banyak yang peduli menunjukkan kepedulian terhadap sesama, terutama saudara yang menjadi korban banjir, merupakan langkah positif.
Dia menyatakan bahwa dalam perhelatan Pilkada 2024, ada pihak yang memberikan bantuan dengan tujuan yang beragam, terutama untuk menarik simpati masyarakat.
"Menurut saya, kita tidak perlu mengkampanyekan politisasi bantuan terhadap korban banjir. Bantuan tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu," katanya.
Dia menekankan bahwa yang terpenting adalah bagaimana jaringan keamanan sosial terhadap korban banjir dapat dilaksanakan dan berfungsi untuk meringankan beban mereka.
Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa politisasi bantuan tergantung pada interpretasi, karena pemberi bantuan menjadi kenangan bagi korban tentang orang-orang yang membantu mereka saat mengalami musibah.
"Saya pikir kita harus melihat sisi positif dari niat kepedulian. Terlepas dari makna dan simbol yang terkait dengan bantuan tersebut. Kita harus bersyukur bahwa masih ada yang peduli daripada tidak ada sama sekali," tegasnya. (Yadi/A)