Dialog Tanpa Baper: Menggali Potensi Anak Muda Bulukumba dan Etos Kerja

  • Bagikan
Sebuah komunitas kecil di Kabupaten Bulukumba berkolaborasi dengan Radar Selatan dan bicarabaik.id menghadirkan ruang diskusi tanpa sekat yang diberi nama Dialog Tanpa Baper.

“Simpatisan kami jumlahnya ratusan orang, dan anggota yang aktif lebih dari 40 orang. Mereka semua, alhamdulillah, menjadi pelayan bagi banyak orang, termasuk mereka yang membutuhkan lapangan pekerjaan,” ujar Tahrir, pemilik usaha Banana Paper.

Sementara itu, Erwin Abdullah mengurai fenomena kaum muda di Bulukumba yang masih terhambat dalam serapan lapangan pekerjaan. “Perlambatan ekonomi, terutama pasca-Covid, mengubah banyak hal dan menghantam banyak sendi-sendi kehidupan kita, termasuk serapan kerja bagi anak-anak muda,” terangnya. “Ibaratnya saat ini, yang paling mudah ya jadi kurir. Asal kita bisa makan saja,” ungkapnya.

Pemantik lainnya, Zainal Arifin, mengajak peserta diskusi untuk melihat lebih jauh apa yang menjadi ketertarikan anak muda saat ini, terutama Gen Z. “Gen Z yang lahir setelah tahun 2001 tumbuh dalam era teknologi yang matang. Minat mereka jelas jauh berbeda dengan generasi sebelumnya,” ujar Zainal. Memahami perbedaan generasi ini, menurutnya, penting untuk melihat bagaimana setiap generasi memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan.

Prof. Dr. Muhammad Saleh Tajuddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar, yang juga ikut memberikan pemikiran, mengungkapkan data mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bulukumba yang saat ini masih berada pada angka 68,99 persen, menduduki urutan ke-15 dari 24 kabupaten/kota di Sulsel.

Salah satu masalah yang harus dijawab pemerintahan ke depan adalah persoalan kemiskinan, pengangguran, dan pendapatan rendah. Menurut Prof. Saleh, pemuda adalah individu yang sedang mengalami perkembangan fisik, psikis, intelektual, dan spiritual, serta merupakan calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, ia sepakat bahwa etos kerja pemuda yang baik bukan hanya mencari pekerjaan, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan.

Dialog Tanpa Baper yang dihadiri sejumlah komunitas ini semakin menarik dengan gagasan-gagasan yang dimunculkan oleh peserta, seperti Awal Irsyad, pemilik Ondeway Indonesia, dan Imbang Persada Sair dari Yayasan Wanadri.

  • Bagikan