Imbas Memilih Pemimpin yang Tidak Jujur
Kasus lain, kata dia, adalah bahaya politik uang yang biasa diberikan calon tertentu kepada masyarakat agar dipilih. Menurutnya, tidak ada kesejahteraan yang bisa dirasakan masyarakat jika pemimpin yang terpilih menang hasil kecurangan.
“Biasanya, aktor politik yang menghamburkan banyak uang, anggaplah money politik, lalu terpilih, yang dipikirkan hanya cara mengembalikan modal yang dikeluarkan saat masa kampanye. Akhirnya proyek apa saja diterabas, bisa jalan, jembatan, bahkan rumah ibadah seperti masjid dan gereja juga kadang-kadang diakali dan dibuatkan data pengeluaran fiktif, sisa uangnya diambil untuk mengembalikan dana yang habis semasa kampanye,” papar Yudhiawan.
Sulsel Darurat Narkoba
Menurut Yudhi, berdasarkan data dan sejumlah kasus narkoba, baik pengedar maupun pengguna, Sulsel masuk kategori darurat. Ditambah, kata dia, data dan fakta itu didukung oleh hadirnya lembaga dakwah khusus Muhammadiyah yang bertugas memberikan pencerahan kepada para pelaku.
“Di Sulsel ini gawat, masalah narkoba ini mengkhawatirkan. Jika Muhammadiyah Sulsel punya lembaga Khusus untuk memberi pencerahan kepada para aktor-aktor, entah itu pelaku atau pengedar, artinya di Sulsel memang darurat,” kata dia.
Ia lalu membeberkan kelompok usia yang paling rawan terjerat kasus itu adalah anak muda, termasuk mahasiswa.
“Mahasiswa adalah kelompok yang paling rentang, bisa pengedar kadang juga pemakai. Anak-anak muda ini paling rawan diserang. Maka pesan kami kepada anak muda di Sulsel, jangan terlalu jauh main sama narkoba, soalnya di sini tinggi sekali angkanya,” ucap dia.
Yudhi juga mengutip salah satu hadits Nabi Muhammad tentang bahayanya khamr dan hal-hal memabukkan lainnya yang bisa memicu jenis pelanggaran baru.
“Hampir semua tindak pidana yang terjadi itu diawali oleh narkoba atau minum-minuman keras. Jadi bukan tanpa alasan Nabi Muhammad mengingatkan kita 1400 tahun yang lalu tentang bahaya khamr, yang memabukkan, karena bisa menjadi induk maksiat. Kalau sudah narkoba, minum-minum, dari situlah lahir perjudian,” kata Yudhiawan.
Karena itu, ia mengharapkan Muhammadiyah senantiasa hadir dan siap untuk berkolaborasi dengan Polda Sulsel dalam menangani dua hal itu.
“Semoga pertemuan kita hari ini, meskipun berakhir beberapa menit lagi, tapi ini baru yang pertama. Ke Depan mungkin ada kegiatan yang harus kita kolaborasikan, kami siap. Intinya Sulsel jadi aman dan nyaman, baik di rumah, di jalan maupun di tempat kerja,” tandas dia. (*)