MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Perebutan basis suara untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Selatan akan tersaji di kawasan Ajatappareng. Wilayah yang meliputi Kabupaten Barru, Parepare, Sidrap, dan Pinrang ini menjadi basis utama dua calon wakil gubernur, Azhar Arsyad dan Fatmawati Rusdi.
Keduanya pernah mencatat sejarah memang dan kalah dalam kontestasi politik. Azhar baru saja gagal terpilih sebagai calon legislatif, sedangkan Fatmawati kandas menjadi suksesor suaminya Rusdi Masse karena keok di Pilkada Sidrap pada 2018. Terbaru, "blunder" Rusdi Masse diyakini akan menggerus elektorat Fatmawati di wilayah itu.
Wilayah Ajatappareng sebagai basis suara penting, bukan sekadar wilayah administratif, tetapi simbol kekuatan politik di Pilgub Sulsel. Sebagai daerah asal dari Azhar dan Fatmawati, wilayah ini menjadi medan pertempuran bagi kedua kubu. Persaingan semakin intens, terutama karena sejarah panjang kedua kandidat yang sama-sama berasal dari wilayah pemilihan tersebut.
Azhar Arsyad pernah menjabat sebagai anggota DPRD Sulsel periode 2014-2019 dari Dapil Sembilan (Sidrap, Enrekang, dan Pinrang). Kendati demikian, langkah Azhar di pemilu lalu tersandung, membuatnya gagal mempertahankan kursi di DPRD Sulsel. Namun, dukungan dari konstituen di Ajatappareng tetap ada, terutama melalui basis sosial yang sudah lama dibangun.
Sementara itu, Fatmawati Rusdi memiliki akar politik kuat di Ajatappareng. Pada 2014, ia pernah terpilih sebagai anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Namun, pada Pilkada Sidrap 2018, Fatmawati kalah dalam pertarungan melawan Dolla Mando. Meski didukung oleh suaminya, Rusdi Masse Mappasessu (RMS), yang kala itu menjabat sebagai bupati Sidrap.
Pada 2020, Fatmawati bangkit di Pilwali Makassar dan berhasil meraih kursi anggota DPR RI dari daerah pemilihan lain. Kini, bersama pasangannya Andi Sudirman Sulaiman, ia kembali bersaing memperebutkan suara di Ajatappareng.
Namun, situasi semakin memanas setelah orasi politik Rusdi Masse di Pinrang menjadi viral. Dalam orasi tersebut, Rusdi diduga melontarkan pernyataan yang dianggap merendahkan Azhar. Isu ini mencuat di media sosial dan memancing respons keras dari tokoh-tokoh masyarakat, khususnya dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) di Ajatappareng, yang memandang Rusdi telah melecehkan Azhar sebagai sesama putra daerah.
Pengamat politik Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunanto mengatakan kontroversi ini memicu respons kuat di kawasan Ajatappareng. "Memang persaingan di Ajatappareng ini menjadi panas, apalagi sejak beberapa hari yang lalu isu-isu terkait misalnya yang disampaikan Rusdi di Pinrang begitu memicu kontroversi," ujar Ali kepada Harian Rakyat Sulsel, Senin (4/11/2024).
Pernyataan "blunder" ketua Partai NasDem itu dinilai menggelinding dan justru menjadi seragam balik terhadap Rusdi sendiri maupun pada pasangan Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi. Andi Ali mengatakan, di beberapa pernyataan di media, Rusdi juga dianggap gagal saat memimpin Sidrap. Mengingat masih ada permasalahan sosial utamanya yang menyangkut masalah anak muda, seperti masalah narkoba yang gagal diselesaikan saat menjabat sebagai bupati.
"Serangan berbalik ke Rusdi karena dianggap melecehkan orang Pinrang. Belum lagi misalnya isu-isu terkait narkoba dan segala macam yang sengaja diembuskan, memang menjadi sangat panas," ungkap Ali.
"Dan ini menunjukkan kalau Fatmawati maupun Azhar punya pengaruh yang cukup signifikan di wilayah Ajatappareng dengan melihat pertarungan isu ini. Kalau melihat di sosial media juga kedua pendukung paslon juga saling adu argumen dan wacana," sambung Andi Ali.
Meski demikian, menurut Ali, baik Azhar maupun Fatmawati dinilai tetap memiliki pengaruh besar di wilayah Ajatappareng. Fatmawati, yang didukung Rusdi memiliki basis yang cukup kuat di Sidrap. Terlebih, kata dia, Rusdi yang pernah menjabat bupati Sidrap dan kini kembali berupaya mengamankan dukungannya di Sidrap dengan mendukung Syaharuddin Alrif.
Sementara itu, Azhar juga dianggap memiliki keuntungan tersendiri dengan identitas Ajatappareng yang melekat padanya. Selain itu, ia juga didukung oleh jaringan organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU).
Terlihat usai pernyataan Rusdi mengeluarkan pernyataan yang dinilai merendahkan Azhar itu viral, ada banyak tokoh penting ikut angkat bicara. Seperti tokoh NU Mangkoso di Barru, tokoh NU Parepare, tokoh budaya di Sidrap, serta tokoh pemuda di Pinrang, mengungkapkan kekecewaan terhadap Rusdi.
"Kalau mengukur seberapa pengaruhnya, saya rasa keduanya cukup berpengaruh walaupun wilayah basisnya berbeda," imbuh dia.
"Tapi di sisi lain Azhar juga bisa menggunakan identitas-identitas Ajatappareng dan juga jaringan NU di sana. Karena isu kemarin tokoh-tokoh NU di wilayah Ajatappareng juga ikut bicara mengenai Rusdi. Jadi kalau melihat pengaruhnya sama kuat tapi berbeda basis," sambung dia.
Namun pada momentum ini, salah satu keuntungan Azhar karena tidak perlu lagi melalui proksi atau pihak lain untuk terhubung langsung ke masyarakat. Sementara Fatmawati dinilai justru yang harus bekerja adalah Rusdi Masse. Sehingga terlihat kontras jika yang ikut bertarung dalam Pilgub Sulsel adalah RMS dengan Azhar, bukan Fatmawati. Untuk itu, Ali kembali menegaskan bahwa dalam konteks ini Azhar akan lebih banyak diuntungkan.
"Karena melawan orang besar dan isu juga besar berbalik ke Rusdi Masse. Di sisi lain Azhar sendiri tidak punya kelemahan yang cukup signifikan untuk dielaborasi selain yang diucapkan Rusdi itu. Hanya kegagalannya (Azhar) maju di DPRD Sulsel. Sementara sekarang Rusdi Masse dihantam isu sentimen primordial karena merendahkan Azhar sebagai orang Pinrang dan juga dihantam isu narkoba beberapa hari belakangan ini," imbuh dia.
Menurut Ali, pengaruh kedua kandidat pada Pilgub Sulsel sebenarnya masih berimbang di wilayah Ajatappareng. Baik Azhar maupun Fatmawati, terlebih pernah sama-sama mengalami kegagalan di arena politik, Azhar gagal kembali ke DPRD dan Fatmawati pernah kalah dalam Pilkada Sidrap. Untuk itu, Ali menilai, blunder Rusdi dalam orasi politiknya bisa memberikan keuntungan besar bagi Azhar.
"Blunder ini bisa meningkatkan popularitas Azhar dan menambah elektabilitasnya dibandingkan sebelumnya. Meski demikian, situasi di Ajatappareng masih sangat dinamis dan bisa berubah sewaktu-waktu," tambah dia.
Saat ini, wilayah Ajatappareng disebut masih menjadi sengketa antara kedua kubu. Namun, menurut Ali, perkembangan isu-isu politik di media sosial cenderung lebih menguntungkan Azhar karena tingginya simpati masyarakat yang merasa terwakili oleh sosoknya.
"Keuntungan ada di pihak Azhar untuk saat ini. Namun, politik sangat dinamis dan sewaktu-waktu bisa terjadi blunder dari pihak Azhar yang merugikan posisinya. Sementara ini, blunder RMS masih menjadi keuntungan bagi Azhar," kata dia.
Juru bicara pasangan Sudirman-Fatmawati, Arum Spink meyakini kandidatnya percaya diri mampu meraih suara signifikan sekaligus menjadi juara di Ajatappareng. Keyakinan ini, kata dia, karena partai pengusung kandidat nomor urut 2 ini mendominasi parlemen bahkan menjadi kursi pimpinan di DPRD, seperti di Barru Golkar, NasDem, dan Gerindra menduduki unsur pimpinan DPRD. Begitu juga di Parepare NasDem dan Golkar masih mendominasi parlemen. Di Sidrap, Enrekang dan Pinrang, Nasdem memperoleh kursi yang sangat signifikan pada pemilu lalu.
"Kami memiliki keyakinan kalau di Ajatappareng Sudirman-Fatma bisa menjadi pemenang," kata Arum.
Ketua NasDem Bulukumba ini menyebutkan, partai pengusung Sudirman-Fatma bisa mendominasi lima kabupaten/kota tersebut.
Mantan anggota DPRD Sulsel ini melanjutkan Rusdi menjadi salah satu tokoh yang masih punya pengaruh di wilayah Ajatappareng. Hanya saja, Arum menolak mengomentari mengenai pernyataan "blunder" Rusdi Masse saat melakukan kampanye, pekan lalu.
"Tidak usah tanyakan masalah itu," ujar Arum.
Sementara itu, Ketua Tim Pemenangan Danny-Azhar, Fauzi Andi Wawo mengatakan wilayah Ajatappareng bagian dari basis PKB, PDIP, dan PPP serta ormas yang condong bersama PKB.
"Bagi kami Ajatappareng adalah bagian dari basis partai pengusung Danny-Azhar. Karena ada basis partai PKB, PDIP dan PPP. Begitu juga ormas yang condong bersama kami," ujar Fauzi.
Wakil Ketua DPRD Sulsel itu menyebutkan, meskipun beberapa daerah di Ajatappareng masuk zona Dapil Sulsel IX untuk DPRD Sulsel dan Dapil III DPR RI, namun di dalamnya itu ada kader partai yang punya basis riil. Belum lagi, para tokoh agama, tokoh masyarakat serta anggota DPRD Kabupaten yang memiliki kedekatan erat dengan paslon Danny-Azhar. Ia optimistis bisa meraup banyak suara di daerah tersebut.
"Jadi, tidak bisa juga ada paslon tertentu klaim wilayah itu basisnya. Bagi kami tim DIA sangat yakin dan optimistis banyak dukungan masyarakat ke Danny-Azhar di Pilgub dari daerah Ajatappareng," tutur dia.
Fauzi menambahkan, sejauh ini banyak dukungan mengalir untuk paslon 01 di Pilgub Sulsel 2024. Itu berasal dari tokoh masyarakat, ormas, komunitas dan tokoh pemuda hingga para petani dan nelayan.
"Dukungan ke Danny-Azhar terus mengalir berdatangan dari wilayah lain, termasuk Ajatappareng. Itu datang dari berbagai kalangan. Apalagi setelah pak Danny-Azhar berkunjung ke daerah dan mendengarkan aspirasi," kata Fauzi. (isak pasa'buan-suryadi-fahrullah/C)