“Saluran drainase di sepanjang Jalan Pettarani, misalnya, perlu diperbesar kapasitasnya. Hal ini akan membantu mengurangi genangan air yang sering terjadi di ruas jalan utama tersebut,” jelasnya.
Untuk mengatasi banjir, Prof. Lambang menyarankan sejumlah langkah strategis, seperti:
- Pemeliharaan Rutin Sistem Drainase
Membersihkan sedimentasi dan sampah yang menyumbat saluran air agar aliran air tidak terhambat. - Peningkatan Kapasitas Drainase dan Kanal
Pemerintah perlu membangun sistem drainase baru dan memperbesar dimensi kanal untuk menampung debit air yang lebih besar. - Peningkatan Pengawasan Pembuangan Sampah dan Material Bangunan
Regulasi yang lebih ketat diperlukan untuk mencegah pembuangan material ke saluran drainase. - Kolaborasi antara Pemerintah Kota, Provinsi, dan Pusat
Ruas jalan yang menjadi kewenangan provinsi dan pusat tetap harus dikelola bersama, mengingat dampaknya pada wilayah Kota Makassar.
“Drainase yang baik adalah kunci utama dalam desain kota modern. Semua pihak, baik pemerintah kota maupun provinsi, harus bersinergi untuk mengatasi masalah ini. Jika tidak, banjir akan terus menjadi momok setiap musim hujan,” tambahnya.
Selain itu, Prof. Lambang juga menyoroti pentingnya pemeliharaan kanal, termasuk meningkatkan kedalaman dan dimensinya untuk mengantisipasi curah hujan tinggi di masa mendatang.
Banjir yang terjadi di Makassar menyebabkan lalu lintas terhambat, banyak kendaraan mogok, dan aktivitas warga terganggu. Genangan air bahkan muncul dalam waktu singkat setelah hujan, menandakan kurangnya efektivitas sistem drainase.
“Setiap hujan deras, genangan selalu terjadi. Kota yang baik harus memiliki sistem tata ruang yang mendukung pengaliran air dengan potensi maksimum, sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat,” tutupnya.
Dengan langkah nyata dan perbaikan tata ruang yang berkelanjutan, diharapkan Makassar mampu mengatasi masalah banjir yang telah menjadi isu kronis selama bertahun-tahun. (Yadi/B)