Ekonomi Sirkuler dan Kisah Derzu

  • Bagikan

Oleh: Babra Kamal
Pengajar Ekologi Politik Universitas Teknologi Sulawesi

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kemarin kita sudah sempat membahas sekilas mengenai bagaimana itu ekonomi Sirkuler. Walaupun baru pada aras definisi dan konsep dasar, mari kita coba mendalami lebih lanjut bagaimana sebenarnya ekonomi Sirkuler itu dan mengapa begitu urgen saat ini?

Ekonomi Sirkuler merupakan sebuah model ekonomi dengan model produksi dan model bisnis yang dirancang sejak awal (ecological design) untuk meningkatkan produktivitas sumber daya alam sebagai bahan baku, dengan menggunakan bahan baku secara efektif dan efisien, dengan menggunakan kembali sisa-sisa proses produksi untuk tidak menimbulkan sampah, dengan menggunakan energi terbarukan dan menghemat energi.

Sasaran akhirnya adalah perwujudan paradigma pembangunan berkelanjutan secara terintgrasi sebagai satu kesatuan yang tidak dipertentangkan sebagai sebuah model ekonomi: keberlanjutan ekonomi (economic sustainability), keberlanjutan ekologis (ecological sustainability) dan keberlanjutan (social-culturan sustainability).

Urgensi

Mengapa ekonomi Sirkuler begitu urgen untuk diterapkan saat ini? Saya kira itu pertanyaan yang segera menyusul di kepala. Dan, apakah model ekonomi saat ini begitu merusak?

Pertama, hal ini untuk menjawab berbagai persoalan sosial-ekonomi masyarakat: kemiskinan, keterbelakangan, penyakit, dan sebagainya. Bukan dengan mengeruk sumber daya alam terus-menerus secara rakus, melainkan dengan meningkatkan produktivitasnya melalui model produksi yang menggunakan sumber daya alam secara efisien, tetapi efektif untuk meningkatkan produktifitas dan nilai tambahnya sebesar-besarnya.

Hal ini dilakukan dengan memenuhi kebutuhan hidup dan kesejateraan manusia dengan menghasilkan produk yang dikonsumsi selama mungkin dan dengan meniadakan sampah dan limbah dengan menerapkan prinsip 5R.

Dengan model produksi seperti itu, pertumbuhan ekonomi dapat terus dipacu setinggi mungkin, kehidupan manusia tetap terjamin secara sejahtera, tetapi bukan dengan memboroskan sumber daya alam sampai melampai batas daya dukung bumi.

Kedua, model ekonomi Sirkuler dirancang untuk mewujudkan keberlanjutan ekologis dengan cara menghemat sumber daya alam sebagai bahan baku. Sumber daya alam sebagai bahan baku dapat dihemat karena sejak awal model produksi sudah dirancang sedemikian rupa untuk (1) menggunakan bahan baku nabati terbarukan; (2) bahan baku tersebut digunakan secara efisien dan efektif; (3) semua sisa produksi dan apa yang selama ini diperlakukan sebagai sampah dan limbah justru dikembalikan melalu mekanisme terntentu untuk menghasilkan produk baru, khususnya bahan baku teknis tak terbarukan, sehinga sampah menjadi berkah; (4) produk yang dihasilkan sudah dirancang sejak awal untuk dikonsumsi konsumen dalam kurun waktu yang selama mungkin ; (5) seluruh proses produksi, rantai distribusi, rantai pasok dan konsumsi beralih menggunakan energi terbarukan sambil menghemat energi dari hulu sampai hilir.

Kisah Inspiratif

Ada sebuah kisah inspiratif penuh makna dari film Akira Kurosawa yang berjudul Derzu Uzla. Sebuah kisah tentang sekelompok orang yang ingin menjelajahi sebuah hutan di wilayah Siberia di musim dingin yang menyengat.

Bertemulah mereka dengan Dersu, seorang warga suku nomaden yang mengenal baik wilayah itu dan bersedia mengantarkan mereka sebagai penunjuk jalan. Ketika badai salju datang, Derzu membawa mereka berlindung di sebuah pondok di tengah hutan. Di dalam pondok tadi telah tersedia kayu bakar yang ditinggalkan oleh pengunjung sebelumnya dan jadilah mereka menggunakan kayu bakar tadi untuk menghangatkan pondok dan diri mereka.

Ketika kelompok ini akan meninggalkan pondok tersebut, Dersu sangat kaget karena tidak seperti pengunjung sebelumnya, mereka tidak menginggalkan kayu bakar kering untuk digunakan pengunjung selanjutnya setelah mereka. Mereka menghabiskan semua kayu yang tersedia di pondok tersebut.

Pesan moral dari kisah kearifan lokal tradisional suku Siberia ini adalah bahwa setiap kita yang lahir ke dunia ini telah dianugrahi, disediakan dengan segala kekayaan alam untuk kita gunakan menunjang kehidupan kita penuh kenyamanan, kenikmatan.

Karena itu, kita mempunyai kewajiban untuk meninggalkan dunia ini dengan kelimpahan yang sama untuk setiap orang yang akan lahir dan menghuni bumi ini setelah kita, persis setiap pengunjung pondok tadi harus meninggalkan kayu bakar untuk pengunjung berikutnya.

Kita harus meninggalkan dunia, bumi ini dengan segala keutuhannya dengan sega kekayaannya untuk untuk anak cucu kita yang jelak akan mengunjungi dan menghuni bumi ini.

Kisah kearifan lokal tidak hanya terdapat di suku Siberia, bahkan kita juga tidak kalah punya kisah yang sama dari dalam negeri, yakni bagaimana suku Kajang, salah satu suku di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan oleh Washinton Post, menyebut suku Kajang sebagai penjaga hutan terbaik di dunia.

Budaya-budaya lokal “telah berkontribusi dalam pengurangan penghancuran hutan dengan berbagai cara,” demikian kesimpUilan 300-an lebih studi PBB pada 2021. Salah satunya suku kajang, memberikan gambaran bagaimana masyarakat adat menjalankan pekerjaan tersebut.

Kisah di atas tentu saja menjadi inspirasi bagaimana melestarikan lingkungan. Nah, model ekonomi Sirkuler ini bisa menjadi salah satu opsi untuk meningkatkan pendapatan ekonomi tanpa merusak lingkungan.

Pertanyaannya kemudian, apakah model ekonomi Sirkuler bisa menjadi alternatif ekonomi kapitalisme linear yang saat ini semakin mengekplotasi bumi -dengan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang ditimbulkan?

Kedua, apakah model ekonomi Sirkuler ini memungkinkan dilaksanakan dan apa syarat-syarat kemungkinannya? Di tengah pesisime yang meluas mengenai keniscayaan sebuah alternatif terhadap kapitalisme sebagai sistem ekonomi. (*)

  • Bagikan