Lalu apa yang terjadi kalau tiba-tiba terjadi krisis, negara pengekspor minyak menahan minyaknya sehingga kita tidak bisa membeli minyak lagi atau bisa saja terjadi perang dimana pesawat-pesawat kita membutuhkan minyak sementara cadangan minyak tidak banyak maka tentunya ini sangat membahayakan. Negara bisa chaos.
Perlu diketahui kebutuhan BBM kita adalah 1,4 juta barel/perhari. Satu juta barel dihasilkan dari produksi dalam negeri sementara sebanyak 400.000-500.000 barel per hari kita impor terutama dari Singapura.
Jika dikalikan US$ 120 per barel, maka uang untuk impor BBM per harinya sekitar US$ 60 juta. Jadi total uang yang dikeluarkan per hari untuk impor minyak dan BBM berkisar US$ 100-120 juta. Ini bisa akan terus meningkat karena konsumsi masyarakat kita akan BBM terus meningkat.
Minyak adalah terkait dengan produksi, transportasi dan dampaknya terhadap semua kebutuhan masyarakat. Sayur, cabe, hasil bumi, dan sebagainya dari desa adalah dibawa ke kota dengan diangkut pakai BBM. Jadi BBM mahal akan mempengaruhi harga berbagai komoditas tersebut.
Jadi saatnya Pertamina membangun kilang-kilang baru. Bahwa dengan membangun banyak kilang-kilang minyak maka pemerintah bisa memiliki banyak cadangan minyak untuk persiapan jika terjadi kelangkaan minyak di masyarakat atau keadaan darurat lain. Singapura saja yang negara kecil dan bukan penghasil minyak tapi kilangnya banyak. Bahkan kita membeli minyak dari mereka. Ini aneh.
Korupsi di Pertamina melalui modus importasi ini menguak bahwa praktik impor minyak selama ini sebenarnya hanyalah modus untuk melakukan korupsi. Mafia minyak ini tidak ingin kita menambah produksi minyak dan tidak menginginkan kita memiliki banyak kilang supaya bisa terus impor minyak.