Ilham Raih Gelar Doktor, Bedah Nilai Islam dalam Tradisi Pernikahan Melayu Sambas

  • Bagikan
Ilham

MAKASSAR,RAKYATSULSEL- Tradisi pernikahan masyarakat Melayu Sambas tak sekadar seremoni adat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan Islam yang mendalam. Hal inilah yang menjadi fokus penelitian Ilham, dosen dan peneliti yang resmi menyandang gelar doktor usai mempertahankan disertasinya di Program Studi Dirasah Islamiyah, Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Rabu, 9 April 2025.

Dalam disertasi berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Pernikahan pada Masyarakat Melayu Sambas”, Ilham menelusuri makna-makna simbolik dan spiritual yang terpatri dalam setiap tahap prosesi pernikahan masyarakat Melayu Sambas.

Ia menilai, pelestarian tradisi pernikahan tidak hanya bertujuan menjaga budaya, tetapi juga mempertahankan warisan pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya.

“Budaya pernikahan di Sambas merupakan bentuk enkulturasi nilai-nilai Islam yang harus dijaga agar tidak tergerus zaman,” kata Ilham.

Penelitian ini mengupas tiga hal utama, yakni bagaimana pelaksanaan tradisi pernikahan, unsur budaya yang menyertainya, serta nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya. Dengan pendekatan kualitatif deskriptif-eksplanatoris, Ilham mengumpulkan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Tokoh budaya, tokoh agama, kepala desa, hingga pelaku adat menjadi narasumber kunci dalam penelitian ini.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tradisi pernikahan masyarakat Melayu Sambas berpijak pada falsafah “adat bersandikan syara’, syara’ bersandikan Kitabullah”.

Prosesinya memuat nilai-nilai seperti ukhuwah (persaudaraan), al-wafa (jujur dan menepati janji), kerja sama, tanggung jawab, kesetiaan, keadilan (al-adalah dan al-musawwah), hingga keharmonisan.

Lebih jauh, Ilham mengidentifikasi sejumlah nilai pendidikan Islam yang muncul dalam setiap tahapan pernikahan, seperti ta’aruf, musyawarah, ta’awun, nasihat, mu’asyarah, ba’ah (kesanggupan), dan mitsaqan ghalizhan (ikatan kuat dan suci dalam pernikahan).

“Nilai-nilai ini relevan untuk terus dihidupkan, bukan hanya dalam konteks budaya lokal, tapi juga dalam pendidikan karakter generasi muda,” ujarnya.

Ilham berharap temuannya dapat memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat tradisi pernikahan yang sarat makna tersebut. Bukan semata-mata ritual, tapi juga sebagai ruang internalisasi nilai-nilai Islam yang membentuk peradaban. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version