Antara Sains, Filsafat, dan Agama (1)

  • Bagikan

Oleh: Muhammad Ahsan Thamrin

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Bahwa dalam hidupnya ada tiga bidang berbeda yang menjadi perhatian utama manusia dalam upaya untuk memahami dunia dan mencari kebenaran yaitu agama, filsafat dan sains (ilmu pengetahuan). Agama melandaskan kebenarannya berdasarkan wahyu (kitab suci), filsafat melalui rasio dan penalaran, sedangkan sains melalui observasi dan eksperimen plus rasio.

Sains dalam upaya untuk menjelaskan fenomena alam dan bagaimana dunia bekerja berdasarkan bukti maka sains menggunakan metode ilmiah agar pengetahuan yang dihasilkannya dapat diuji dan dipertanggungjawabkan. Metode ilmiah ini adalah melalui pengamatan, eksperimen, dan analisis data untuk kemudian diambil Kesimpulan.

Melalui yang disebut metode ilmiah itu maka sains mengidentifikasi sebab dan akibat, mana sebab dan mana akibat. Nah sesudah bisa mengidentifikasi sebab dan akibat, maka kita bisa meramalkan apa yang akan terjadi. Misalnya, kenapa terjadi hujan?

Melalui pengamatan maka kita bisa meramalkan kapan akan terjadi hujan dengan mengamati kondisi langit. Bahwa ketika langit mendung dengan ditandai munculnya awan yang terlihat seperti bonggol kapas atau gunung, mengamati perubahan suhu dan kelembaban menjadi dingin dan gerah serta mengamati arah angin seperti jika angin bertiup dari arah barat, itu bisa menjadi tanda bahwa hujan akan segera datang.

Lalu dengan metode ilmiah akhirnya bisa diketahui bahwa penyebab hujan adalah karena air di permukaan bumi seperti lautan, sungai, dan danau menguap menjadi uap air akibat panas matahari (evaporasi). Uap air itu naik ke atmosfer lalu mengalami kondensasi menjadi butiran-butiran air kecil yang membentuk awan. Awan yang semakin berat dan tidak mampu lagi menampung air itu akhirnya akan jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.

Bahwa bagi sains suatu pernyataan dikatakan benar kalau bisa diuji melalui penelitian dan kalau bisa dibuat alat ukurnya lalu diuji di lapangan. Misalnya, ada pertanyaan, apakah perempuan lebih penyayang daripada laki-laki ataukah Perempuan dan laki-laki sama saja? Bagaimana mengetes dan mengujinya?

Bagi sains, pertanyaan tersebut harus diteliti dan diuji karena kalau hal itu tidak bisa diuji, maka itu omong kosong. Maka dibuatlah penelitian. Ada bayi disimpan di pinggir jalan, dibaringkan di atas Kasur. Lalu orang-orang yang melewati bayi tersebut akan diamati, berapa persen perempuan yang memperhatikan anak itu dan berapa persen laki-laki yang memperhatikannya. Ternyata 60% Perempuan tidak peduli, dan ini berarti laki-laki lebih penyayang daripada perempuan. Ini menggunakan metode eksperimen.

Metode ini kurang dipercaya, lalu digunakanlah metode sejarah dalam pengujiannya berupa para raja dan ratu yang pernah berkuasa dilihat dalam perilaku mereka dalam menghadapi rakyat. Dan, ditemukan bahwa kebanyakan pemimpin negara yang kejam adalah ratu, bukan raja.

  • Bagikan