Antara Sains, Filsafat, dan Agama (1)

  • Bagikan

Pertanyaan ini dibicarakan sejak Socrates, plato, Heidegger sampai kepada filsuf mutakhir. Tidak semua pertanyaan-pertanyaan filsafat bisa dijawab secara tuntas dan final. Pertanyaan-pertanyaan itu hanya bisa dijawab dan dipuaskan oleh agama.

Agama berbeda dengan filsafat. Agama adalah keyakinan, kepercayaan, iman. Agama sebagai kepercayaan adalah sekumpulan jawaban yang tidak boleh dipertanyakan. Kalau anda sudah mendapatkan jawabannya maka anda harus menerimanya betapapun tidak masuk akal. Itulah fungsi agama. karena itulah ada orang yang mengatakan bahwa agama itu percaya saja, tidak usah mengikutsertakan akal. Misalnya tentang surga, neraka, mizan, akhirat dan sebagainya yang tidak bisa dibuktikan dengan logika dan eksperimen.

Pada masa Yunani orang belajar filsafat karena filsafat adalah aturan hidup bagi mereka. Plato memulai filsafatnya biasanya dimulai dari definisi-definisi. Misalnya apa yang disebut manusia ? manusia ialah makhluk berkaki dua yang tidak berbulu. Lalu seorang filsuf lain bernama Diogenes datang membawa ayam yang sudah dicabuti bulunya. Inilah manusia,” katanya. Itulah Ketika kebenaran filsafat diuji dan dipertanyakan.

Lalu kebenaran agama diuji dengan apa? Kebenaran agama diuji berdasarkan teks-teks keagamaan. Kita anggap sesuatu benar menurut agama karena ada dalilnya. Kalau mau berdebat dalam urusan agama harus berdasarkan dalil. Keliru kalau kita berdebat soal agama di media sosial dengan menggunakan logika. tidak akan selesai. Penggunaan logika adalah urusan filsafat. Dan yang dibicarakan itu bukan masalah agama melainkan masalah filsafat. Bahwa Filsafat dapat digunakan dan membantu untuk menganalisis dan memahami ajaran agama dengan lebih baik dengan menggunakan pemikiran rasional, reflektif, dan kritis.

Bahwa untuk membuktikan kebenaran agama, kita harus merujuk pada dalil yaitu teks-teks keagamaan yang kredibel. Misalnya ada orang yang mati. Lalu ditanyakan kenapa ia mati?. Apakah ada yang bisa menjawab secara sains ? bagi sains, kenapa ia mati ? karena organ-organ tubuhnya mengalami kerusakan. Kita bisa menyebut 10 penyebab kematian terbesar di Indonesia dan nomor satu adalah penyakit jantung dan juga penyebab kematian terbesar di dunia.

Lalu apa jawaban menurut filsafat atas pertanyaan kenapa seseorang mati? Anda yang berfilsafat bisa menjawab karena kematian tidak bisa diwakilkan. Kata Heidegger, satu-satunya pengalaman yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain adalah kematian. Pengalaman lain bisa diwakilkan seperti menghadiri pernikahan.

Bagi agama orang mati karena memang sudah tiba ajalnya. Dan Allah berfirman “jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat pula meminta percepatan (QS. Al a’raf ayat 34). Jadi Kebenaran agama dibuktikan dengan ada dalilnya. Apa dalilnya ? dalilnya adalah berupa kitab suci.

Bahwa dengan demikian antara agama, filsafat dan sains (ilmu) sebenarnya saling melengkapi dalam membantu manusia memahami dunia dan diri sendiri. Sains memberikan pemahaman tentang dunia fisik, namun tidak memberikan jawaban tentang makna hidup atau nilai-nilai moral. Makna hidup dan nilai-nilai moral menjadi pembahasan filsafat dan agama. Dengan demikian Ketiga bidang ini dapat memberikan panduan bagi manusia dalam hidup dan mencapai kebahagiaan sejati. (*)

  • Bagikan