Bahas Makassar Creative Hub, Anggota DPRD Makassar dr Fahrizal Arrahman: Jangan Jadi Sekedar Program Pelengkap

  • Bagikan
Anggota DPRD Makassar, dr Fahrizal Arrahman (kanan) saat Podcast Rakyat Sulsel, pada Jumat (25/4).

MAKASSAR, RAKYATSULSEL- Anggota DPRD Kota Makassar dari Fraksi PKB, dr. Fahrizal Arrahman Husain, mengingatkan Pemerintah Kota agar tidak menjadikan program Makassar Creative Hub sebagai pelengkap semata dalam tujuh program unggulan Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin.

“Jangan sampai Makassar Creative Hub hanya tempelan dari program lainnya yang sudah punya branding kuat di masyarakat, seperti stadion, seragam gratis, layanan kesehatan, dan super apps,” kata dr Fahrizal, saat Podcast Rakyat Sulsel, pada Jumat (25/4/2025). 

dr Fahrizal yang terpilih dengan perolehan suara tertinggi pada Pemilu 2024—sebanyak 12.103 suara, menekankan pentingnya kejelasan arah dan tujuan dari program Creative Hub.

 Ia mencontohkan pendekatan berbasis hasil (output dan outcome) seperti dalam manajemen rumah sakit yang juga bisa diterapkan.

“Dalam video Wali Kota disebutkan tujuannya untuk mengurangi pengangguran. Maka yang masuk ke Creative Hub harus betul-betul dibekali skill dan pengetahuan agar mereka bisa membuka lapangan kerja atau UMKM. Kalau itu tercapai, PAD Makassar juga bisa meningkat,” ujar dr Fahrizal. 

Dirinya yang berada di Komisi D,  telah mempertanyakan pelaksanaan program ini kepada Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar. 

dr Fahrizal menilai program tersebut perlu melibatkan banyak dinas lintas sektor, termasuk Dispar, Dinsos, dan BRIDA. 

“BRIDA harus dimanfaatkan untuk memetakan sektor kerja apa yang dibutuhkan dan diminati masyarakat. Jangan sampai hanya mengumpulkan banyak orang tanpa kejelasan arah,” terang dr Fahrizal. 

Ia juga menyarankan agar anggota DPRD dilibatkan secara aktif dalam perencanaan Makassar Creative Hub. 

 “Kami punya konstituen yang sering bertanya soal peluang kerja. Jadi penting agar kebutuhan masyarakat bisa disalurkan melalui program ini,” kata politisi kelahiran 3 Juni 1993 itu.

Selain itu, Fahrizal juga melihat potensi Creative Hub sebagai ruang kolaborasi untuk anak muda yang peduli lingkungan.

 Ia mencontohkan komunitas “Hantu Kanal” yang dibentuknya di Barana dan Maccini Gusung. Komunitas ini fokus membersihkan kanal dan got di lingkungan mereka.

“Mereka mirip Pandawara. Kalau dikelola dengan baik, kanal bisa bersih, jadi tempat wisata, bahkan alternatif transportasi. Anak-anak muda seperti ini harus dimasukkan dalam Creative Hub,” kata dia.

Tak hanya itu, dr Fahrizal menyoroti lemahnya promosi sebagai kendala utama program-program pemerintah tidak dikenal luas.

 “Sering saya sampaikan ke dinas-dinas saat rapat monitoring dan evaluasi, anggaran hanya fokus ke infrastruktur, tapi tidak ada alokasi untuk sosialisasi,” ungkap dr Fahrizal.

Padahal, menurutnya, Makassar Creative Hub adalah program yang mulia dan harus disampaikan secara luas ke masyarakat. 

“Banyak program bagus tapi tidak diketahui publik,” kata dr Fahrizal. 

Lebih jauh, soal pendidikan, dr Fahrizal menyinggung persoalan ketimpangan fasilitas sekolah, termasuk kondisi toilet yang tidak layak.

 Ia mengatakan DPRD telah melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah sekolah. 

“Meski sekolah sekarang disamaratakan, masyarakat masih menganggap sekolah unggulan lebih baik. Ini menyebabkan banyak siswa tidak terdaftar di Dapodik karena ingin masuk ke sekolah favorit,” ujar dr Fahrizal.

Ia menambahkan, Dinas Pendidikan perlu aktif mengedukasi masyarakat tentang keberadaan 10 sekolah baru agar minat masyarakat meningkat. “Tapi itu juga harus dibarengi dengan peningkatan kualitas dan fasilitasnya,” tutur dr Fahrizal. (Sasa/B)

  • Bagikan