"Contohnya, pembangunan RDF untuk kapasitas 2.500 ton sampah per hari hanya membutuhkan biaya sekitar Rp1,3 triliun. Bandingkan dengan WTE kapasitas 70 ton yang bisa mencapai Rp2 triliun. Jadi dari sisi efisiensi biaya dan dampak lingkungan, RDF sangat kompetitif," ungkapnya.
Saat ini, Semen Bosowa Maros telah mengoperasikan fasilitas RDF di beberapa lokasi, dengan kapasitas ratusan hingga ribuan ton per hari. Untuk wilayah Sulawesi Selatan, pabrik mereka di Tarjun menargetkan pemanfaatan RDF hingga 800 ton per hari, namun baru separuh dari kapasitas itu yang dapat dioptimalkan.
Semen Bosowa sendiri telah menyiapkan infrastruktur dan investasi senilai Rp60 miliar untuk mendukung pemrosesan RDF, dan menyatakan siap menampung suplai RDF dari Kota Makassar jika kerja sama direalisasikan.
"Kerja sama ini diharapkan menjadi tonggak awal transformasi pengelolaan sampah perkotaan, dari yang semula berbasis pembuangan ke model pemanfaatan yang lebih produktif dan ramah lingkungan," harapnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa Semen Bosowa telah menjalin kerja sama dengan berbagai pemerintah daerah, terutama yang memiliki lokasi strategis dekat dengan fasilitas produksi semen.
Contohnya, di wilayah Bogor, Jawa Barat, pabrik semen mereka hanya berjarak sekitar 80 km dari Jakarta sehingga mempermudah logistik pemanfaatan RDF.