Tafakkur Fenomena Alam

  • Bagikan

‘’Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-rum/30: 41)

INDONESIA negara yang kaya. Keanekaragam hayati alam Indonesia nyaris mencakup semua kebutuhan alami warga bangsa ini dan dapat diperoleh dari alam sekitar, setiap saat dan waktu. Beragam kekayaan alam Indonesia tak dapat ditemukan di tempat negara lain. Kondisi yang menakjubkan. Ketakjuban itu diungkapkan dalam berbagai analogi. Misalnya, ada yang menyebutkan, Indonesia bagaikan ‘’mutu manikam’’. Ada pula yang menyebutnya ‘’serpihan surga’’.

Musisi legendaris Indonesia, Koes Plus –bersaudara– dalam lagunya berjudul Kolam Susu yang dirilis tahun 1973, menggambarkan ketakjubannya dengan rangkaian syair: Bukan lautan hanya kolam susu//Jaring dan jala cukup menghidupimu//Tiada badai tiada ombak kau temui//Ikan dan udang menghampirimu//Orang bilang tanah kita tanah surga//Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Guruh Soekarno Putra mulis lagu Zamrud Khatulistiwa. Lagu ini dinyanyikan Keenan Nasution tahun 1978 dan dipopulerkan kembali oleh Chrisye tahun 1996. Guruh mengungkapkan: Aku bahagia hidup sejahtera di khatulistiwa//Alam berseri-seri bunga beraneka//Mahligai rama-rama, bertajuk cahya jingga//Surya di cakrawala//S’lalu berseri alam indah permai di khatulistiwa//Persada senyum tawa, hawa sejuk nyaman//Wajah pagi rupawan burung berkicau ria// Bermandi embun surga//Syukur ke hadirat Yang Maha Pencipta//Atas anugerah-Nya tanah Nirmala//Bersuka cita, insan di persada yang aman Sentosa//Damai makmur merdeka di setiap masa//Bersyukurlah kita semua (bersatulah kita semua)//S’lalu berseri, alam indah permai di Indonesia//Negeri tali jiwa hawa sejuk nyaman//Wajah pagi rupawan burung berkicau ria//Bermandi embun surga//Syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa//Atas anugrah-Nya tanah bijana.

***

Kondisi yang menakjubakan itu, kini berbeda. Hutan alami Indonesia dari waktu ke waktu terus berubah dan berkurang. Setidaknya itulah yang diungkapkan website https://fwi.or.id/, saat searching data tentang kondisi terkini hutan di Indonesia, Ahad (09/01/2022. ‘’Anda sudah membuka website kami selama 16 menit 05 detik, di waktu yang sama, sudah ada 44,5 hehtare hutan alam yang hilang.’’ Demikian tertera dengan jelas di sisi atas website itu. Di website yang sama, terpapar informasi bahwa sejak kemerdekaan, Indonesia sudah kehilangan hutam alam sekitar 24 juta hektare.

Pengurangan hutan alam Indonesia itu, menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) saat jumpa pers akhir tahun, melansir informasi, sepanjang tahun 2021 terjadi 3.092 bencana alam. Bencana itu bersifat hidrometeorologi basah dalam bentuk banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor. Banjir paling banyak terjadi selama tahun 2021 yaitu sebanyak 1.298 dari total 3.092 bencana alam.

Analisis Aqeduct Global Flood Analyzer menyebutkan, Indonesia adalah negara dengan populasi terdampak banjir terbesar keenam di dunia. Tiga faktor utama penyebab banjir adalah: kurangnya tutupan pohon, cuaca ekstrem, dan kondisi topografis Daerah Aliran Sungai (DAS). Informasi itu diakses dari website http: wri-indonesia.org/id/, Ahad, 08/01/2022, 12: 11.

***

Senin, hari ini, bertepatan dengan 10 Januari dalam penanggalan miladiyah yang biasa diperingati oleh masyarakat internasional sebagai Hari Gerakan Sejuta Pohon. Di Indonesia, Hari Sejuta Pohon dicanangkan oleh Pak Harto, 10 Januari 1993. Indonesia sebagai negara dengan hutan tropis ‘’terbesar’’, memiliki keterikatan dengan Hari Gerakan Sejuta Pohon, sebagai pengingat pentingnya melestarikan pepohonan, termasuk beragam habitat hutan.

Keterikatan itu harusnya sangat kokoh kuat karena mayoritas warga Indonesia adalah masyarakat muslim.  Menggalakkan gerakan tanam pohon dapat menjadi solusi yang paling efektif dalam proses pelestarian lingkungan di tengah kondisi hutan yang kian memprihatinkan. Gerakan bisa dimulai dari level terbawah. Diawali dengan penyadaran kepada anggota keluarga tentang pentingnya menanam pohon dan melestarikan lingkungan. Dalam perspektif Islam, setiap orang yang melakukannya, selain mendapatkan keuntungan duniawi, juga berpeluang ‘’panen’’ hasilnya di kampung akhirat (HR. Imam Muslim). Setiap pohon yang ditanam dihitung sedekah oleh Allah swt. Selama pohonnya masih memberi manfaat, kepada setiap mahluk, pahalanya senantiasa mengalir kepada penanamnya.

***

Sambil bertafakur, mengambil ibra dari beragam fenomena alam, patut juga kita renungkan peristiwa yang terjadi pada 10-13 Januari 1966. Tanggal 10 Januari kemudian setiap tahun diperingati, mengenang semangat horisme dan nasionalisme berbagai elemen putra-putri bangsa yang melakukan demonstrasi besar-besaran, menyampaikan tuntutan. Tiga Tuntutan Rakyat –yang dalam perjalanan sejarah bangsa dicatat sebagai Peristiwa Tritura (tiga tuntutan rakyat). Isi tuntutannya: Bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI); Bubarkan Kabinet Dwikora; Turunkan Harga.

Setelah 56 tahun berlalu, semoga hari-hari perjalanan bangsa ke depan, suasana semakin kondisif bagi seluruh warga bangsa, tanpa Tritura lagi.

Wallahu’alam Bish-shawaab

Penulis: Waspada Santing
Dosen Fakultas Hukum Universitas Bosowa, Makassar

  • Bagikan