Nurdin dalam sambutannya di acara halalbihalal juga menyatakan acara tersebut tidak menggunakan struktur partai. Menurut dia, silaturahmi bisa saja digelar oleh siapa, kapan, dan di manapun.
Meski begitu, Taufan mengaku menerima IAS sebagai kader Golkar. Apalagi dari beberapa partai politik yang mengajak bergabung, tidak ada yang berhasil mengajak IAS.
Dia membeberkan, jauh-jauh hari sebelum ada keputusan DPP Partai Demokrat, dia telah bertemu dengan IAS dan mengajak untuk kembali ke Golkar.
"Yang pertama menemui IAS siapa? Sebelum ada keputusan DPD Demokrat, saya bersilaturahmi ke beliau, apa makna silaturahmi itu?," ujar Taufan menceritakan pertemuannya dengan IAS.
Pertemuan kedua Taufan dengan IAS kembali berlangsung beberapa waktu lalu. Saat itulaj, IAS menyatakan niatnya bergabung.
"Saya bilang insyaallah Golkar itu partai terbuka. Jadi tidak ada alasan untuk tidak menerima siapapun. Apalagi IAS seorang politikus yang punya banyak pengalaman," imbuh Taufan.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Sukri Tamma menyebutkan IAS memiliki sejarah dengan Golkar dan pernah mendapatkan jabatan strategis sekaligus mengantarkan dia sebagai Wali Kota Makassar.
"Ketika IAS kembali ke Golkar itu bukan hal yang baru. Tapi, efeknya masih berpengaruh karena masih memiliki loyalitas dan ini pastinya akan menguntungkan Partai Golkar, apalagi partai saat ini mencari figur untuk pileg dan pilkada," ujar Sukri.
Bagi Demokrat, sambung Sukri, hengkangnya IAS harus diterima dan pastinya memiliki pengaruh dan berpotensi membawa gerbong.
"Kalau dia loyalis, ke manapun IAS pergi pasti gerbongnya ikut. Tapi kalau cuma pendukung itu tergantung bagaimana Demokrat melakukan konsolidasi internal untuk mencegah itu," imbuh dia. (Fahrul)