"Hal ini sesuai dengan hasil penelitian kami dimana baik SH-MSC maupun SN-MSC mempunyai kandungan berbagai soluble molecules, berupa IL-10, PDGF, VEGF dan bFGF untuk menekan aktivasi sel stelata hati dan meningkatkan proliferasi baik hepatosit matur maupun diferensiasi sel progenitor hati," tulis Farid Amansyah dalam disertasinya.
Selanjutnya dijelaskan, terdapat juga penurunan kolagen pada SN-MSC, namun tidak lebih optimal dibanding SH-MSC. Hal ini diduga disebabkan karena kandungan berbagai sitokin anti-inflamasi dan growth factor pada SN-MSCsyang lebih rendah dibanding SH-MSC.
Penelitian ini juga menunjukkan ekspresi IL-4 dan IL-13 terjadi perbaikan setelah diberikan SN-MSC dan terdapat perbaikan yang optimal setelah pemberian SH-MSC karena ekspresinya mirip dengan kelompok sehat.
"Kami menduga inflamasi merupakan suatu hasil dari faktor dominansi dimana IL-10 sebagai sitokin anti-inflamasi dan peranannya dalam kaskade fibrosis hati lebih dominan dibanding IL-4 dan IL-13. Sehingga, penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan fenomena dominansi antar sitokin pada fibrosis hati masih sangat diperlukan," sebutnya.
Sehingga kesimpulan dari penelitian ini dijelaskan bahwa pemberian SH-MSC pada jaringan hati yang mengalami proses fibrosis hati akan memperbaiki jaringan hati, dimana pemberian SH-MSCs meningkatkan produksi IL-10 yang biasanya menurun produksinya pada sel hati yang mengalami fibrosis.
Peningkatan produksi IL-10 akan meningkatkan IL-4 dan IL-13 serta menurukan TGF-β, α-SMA dan densitas kolagen. Pemberian SH-MSCs memperbaiki kondisi homeostasis berbagai sitokin sehingga proses inflamasi berkurang yang mendasari proses fibrosis hati, sehingga proses fibrosis hati dengan sendirinya menurun. Penelitian juga membuktikan SH-MSCs lebih baik dari SN-MSCs dalam memperbaiki fibrosis hati.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan seperti kajian lebih lanjut terhadap biomarker fibrosis lainnya yaitu trombopoietin, angiotensin, fibronectin, PDGF, VEGF, dan berbagai protein jalur RAAS. Penelitian lebih lanjut juga perlu dilakukan terhadap subjek manusia secara klinis, terutama dengan pemeriksaan histopatologi derajat fibrosis menggunakan FIB-4 Index.
"Sisi lain, diperlukan penelitian tentang SH-MSC dengan variasi waktu dan dosis serta membandingkannya dengan terapi obat standar fibrosis hati," ujarnya. (Isak Pasabuan/Raksul/B)