Memang diakui, ada suatu pemerintahan yang dengan tulus dan jujur melakukan Pembangunan demi masyarakat banyak. Namun, begitu pemerintahan tersebut berganti, elit penguasa yang baru dapat berganti haluan, dan membalikkan keadaan. Oleh sebab itulah pikiran Pembangunan SDA dan SDM dengan melalui jalan bawah (jalan berbasis Masyarakat) menjadi pilihan.
Suatu pembaruan berbasis prakarsa masyarakat merupakan strategi yang dimunculkan, sebagai jawaban atas kecenderungan ketidakpastian dan kemungkinan pengkhianatan dari strategi yang tidak melibatkan masyarakat. Masalah akan segera timbul: bagaimana mengupayakan agar masyarakat bisa menjadi kekuatan riil, sehingga bisa membuka jalan, menjalankan proses, dan mengawal proses sampai pada tujuan akhirnya. Pengalaman masyarakat di bawah Orde Baru menunjuk dengan sangat jelas bagaimana masyarakat dijauhkan dari politik sehingga massa hanya sekumpulan manusia yang tidak memiliki kekuatan politik.
Massa malahan hanya jadi alat permainan politik, menjadi senjata dari segolongan elit. Menunggu massa mengalami proses transformasi secara penuh, tentu saja membutuhkan “biaya” yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, perlu dipikirkan suatu upaya yang tidak meninggalkan rakyat, tetapi juga bisa menggunakan momentum yang ada, untuk bisa mempercepat dan bisa menstimulasi proses, sehingga gerak pembaruan agraria bisa diwujudkan.
Arah perubahan dari proses pemberdayaan ini adalah terwujudnya masyarakat baru dengan prinsip demokrasi, dimana rakyat mempunyai kekuatan untuk memperjuangkan kepentingannya; laki-laki dan perempuan berbagi peran dan kekuasaan secara adil dan setara. Jika proses bisa dijalankan dengan mulus dan seksama, maka dapat diharapkan bahwa yang akan terjadi adalah suatu tatanan dimana partisipasi masyarakat menjadi bagian inti dari proses kenegaraan.