JAKARTA, RAKYATSULSEL - Perpustakaan Nasional yang kantornya tertinggi di dunia (126,3 meter) dengan 27 lantai, termasuk tiga lantai parkir bawah tanah berlokasi di Jalan Medan Merdeka Selatan No.11, Jakarta dan sebagian besar perkantorannya di Jalan Salemba Raya No. 28vA.
Di gedung itu dua tokoh, aktor giat literasi nasional, Dr. Adin Bondar, M.Si. Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional, bertemu Tokoh perbukuan Nasional, Bachtiar Adnan Kusuma, merancang kolaborasi berliterasi melalui Akademi Literasi.
Kedua aktivis yang selalu aktif menumbuhkan ekosistem perbukuan nasional tersebut memandang perlu penguatan fungsi dan peran Perpustakaan nasional dan Daerah dalam memberikan perhatian utama pada giat literasi.
Kegiatan tersebut guna mendorong kreasi dan inovasi pada lahirnya karya-karya anak bangsa. Aktivitas semacam itu akan sekaligus menjadi terapi guna mengatasi kurang tersedianya buku-buku bermutu. Dan perwujudannya dapat dimulai dari daerah.
Bachtiar Adnan Kusuma ( BAK ), deklarator Perkumpulan Penulis Profesional Indonesia Pusat ini, mendukung langkah Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando yang memberikan jalan keluar atas kurangnya buku-buku terbitan Indonesia.
Misalnya mendorong agar 1 buku dibaca 90 orang, meski idealnya 1 orang wajib membaca buku baru, minimal 3 judul. Untuk itu tentu hanya dapat terwujud jika ekositem perbukuannya berjalan ideal.
BAK memberi apresiasi tinggi kepada Perpustakaan Nasional yang terus aktif menumbuhkan ekosistem perbukuan nasional yang dimulai dari daerah.
“Saya memberi apresiatif tinggi atas inovasi dan perhatian Perpustakaan Nasional terhadap tumbuhnya kembali industri buku Indonesia" kata BAK, Ketua Forum Nasional PPT Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional, Jumat 17 Maret 2023 di Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Selama tiga jam BAK berdiskusi dengan Dr. Adin Bondar, M.Si, keduanya saling memberi semangat dan membedah pikiran-pikiran dan gagasan terkait pemajuan Literasi, Kesejahteraan dan konsepsi kolaboratif sinergis melalui Akademi Literasi Indonesia.