MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Perebutan nomor urut bakal calon anggota legislatif di internal Partai Golkar akhirnya berakhir. Ironisnya, polemik yang terjadi di jajaran elite beringin itu justru terjadi menjelang penetapan daftar calon tetap (DCT). Padahal, nomor urut bukan satu-satunya penentu keterpilihan di tengah sistem pemilihan yang menerapkan proporsional terbuka.
Kisruh kepemilikan nomor urut melibatkan Ketua Golkar Sulsel Taufan Pawe dan Wakil Ketua Umum DPP Golkar Nurdin Halid. Keduanya akan maju ke DPR RI dan bertarung di Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan Dua.
Dalam daftar calon sementara (DCS), Taufan Pawe tercatat memperoleh nomor urut satu. Atas dasar itulah, Wali Kota Parepare itu tancap gas sosialisasi dengan alat peraga.
Di sisi lain, Nurdin Halid juga mengklaim kepemilikan nomor wahid tersebut. Eks Ketua Golkar Sulsel itu juga membuat alat peraga dengan menyertakan nomor urut satu. Publik di Dapil Sulsel Dua sempat dibuat bingung karena gambar baliho keduanya beredar di media sosial dengan nomor urut yang sama.
Belakangan, Nurdin Halid yang akhirnya 'memenangkan' perebutan nomor urut tersebut. Adapun, Taufan Pawe menempati urutan kedua.
Taufan yang dikonfirmasi mengaku mengatakan ikhlas atas keputusan DPP Golkar yang menempatkan namanya sebagai pemegang nomor urut dua.
"Biarkan masyarakat menilai. Awalnya saya sudah ditetapkan di DCS nomor satu. Tapi belakangan di DCT terjadi perubahan. Tapi, jadi sebagai kader loyal dan taat saya ikuti keputusan DPP," kata Taufan, Selasa (10/10/2023).
Taufan menyatakan, penentuan nomor urut calon legislatif berdasarkan prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela. Hal itu, kata dia, sesuai arahan yang dipersyaratkan oleh DPP Golkar. Dengan demikian dirinya memenuhi syarat untuk memperoleh nomor urut 01.
"Publik sudah tahu semua, saya sebagai ketua Golkar di Sulsel bisa dikatakan tidak masalah. Saya loyal dan tidak tercela. DPP menyampaikan itu kriteria yang diminta untuk penentuan nomor urut caleg," imbuh dia.
Menurut Taufan, sejauh ini Partai Golkar sudah mempertemukan seluruh nomor urut, termasuk nomor urut satu miliknya. Hanya saja belakangan nomor miliknya dicaplok oleh Nurdin Halid.
"Partai mempersembahkan kepada saya nomor 01. Tapi begitu masuk ke DCT nomor saya dicaplok Pak NH. Bagi saya, ini keputusan DPP, maka saya tidak akan membuat kegaduhan," imbuh Taufan.
Dia menyatakan sangat menghormati keputusan DPP Golkar perihal pergantian nomor urut tersebut. "Saya kader terbaik, tidak keluar masuk masuk penjara. Bila ada keputusan partai ganti nomor, saya akan taati. Saya hormati agar tidak terjadi gaduh," ujar Taufan.
Dia menambahkan, nomor urut bukan penentu seseorang duduk di parlemen. Menurut Taufan, terpenting adalah konsep dan program yang ditawarkan untuk kesejahteraan masyarakat dapat memberi nilai lebih bagi calon anggota legislatif.
"Karena sekali lagi nomor urut itu bukan sesuatu yang menjanjikan tetapi yang menjanjikan adalah bagaimana menawarkan konsep-konsep kesejahteraan masyarakat, bagaimana bisa melahirkan kepercayaan," imbuh dia.
Adapun, Nurdin Halid makin percaya diri atas kepemilikan nomor urut satu tersebut. "Insyaallah tidak ada keraguan. Saya sudah resmi mendapat nomor urut satu," ujar Nurdin.
Beberapa waktu lalu, Nurdin beberapa kali memposting poster dirinya dengan nomor urut satu. Da mengaku sudah memastikan hal itu berdasarkan SK Pencermatan DCT yang diterbitkan DPP Golkar dan disetorkan ke Komisi Pemilihan Umum RI.
"Sesuai SK disetor ke KPU RI, saya di urutan pertama," beber dia.
Manager Strategi Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam menyatakan nomor urut akan memberikan dampak kepada seluruh bacaleg terutama dari psikologis dan bentuk sosialisasi kepada calon pemilih.
"Nomor urut memberi dampak psikologis terkait gengsi politik dan lebih memudahkan dalam upaya mensosialisasikan diri dengan nomor cantik," kata Nursandy.
Namun, kata Nursandy, pengaruh nomor urut sangat kecil bagi keterpilihan karena saat ini sistem pemilu dilakukan dengan proporsional terbuka. Andikan, pemilu menggunakan proporsional tertutup maka nomor urut satu yang paling diuntungkan.
"Karena kemenangan bukan terletak dari nomor urut tetapi bagaimana kerja-kerja politik yang dilakukan dalam upaya meyakinkan calon pemilih," imbuh dia.
Nursandy mengatakan, persaingan caleg internal Partai Golkar di Sulsel Dua akan sangat sengit. Sejumlah figur potensial berpotensi menggeser dua kandidat petahana; Supriansa dan Andi Rio Idris Padjalangi. Selain Taufan dan Nurdin, figur lainnya adalah mantan Bupati Bone Andi Fahsar M. Padjalangi dan eks Bupati Pangkep Syamsuddin Hamid.
Nursandy mengatakan komposisi bacaleg Golkar di dapil Sulsel II terbilang sangat kompetitif. "Hadirnya Nurdin Halid dan Taufan Pawe membuat petahana Andi Rio Padjalangi dan Supriansa tak bisa santai bila kembali ingin terpilih," kata dia.
Dia mengatakan, kehadiran tokoh-tokoh besar tersebut sangat menguntungkan Partai Golkar. "Tapi, gesekan dan aroma persaingan akan lebih terasa," ujar Nursandy. (*)