No Macet-Macet, Berkat Subsidi Tepat Perahu Rakit Siap Berangkat

  • Bagikan
Perahu rakit berangkat mengantar penumpang dari Jl Daeng Tata Makassar menuju Desa Taeng Kabupaten Gowa

MAKASSAR, RAKYATSULSEL- Bebatuan bekas pengerasan jalan beradu kuat dengan ban kendaraan tak terhitung jumlahnya. Di musim kering seperti sekarang, debu mengepul setiap kali benda beroda melewati lorong di Jalan Daeng Tata Kota Makassar.

Maju sedikit sekitar 500 meter, pengendara bakal disuguhi pemandangan sungai di penuhi eceng gondok tebal, aliran sungai Je'ne Berang, pemisah Kabupaten Gowa dan Kota Makassar.

Di bibir sungai, sekitar tiga perahu bambu rakitan menepi, tiga lainnya sedang berlayar menuju seberang. Tak ada rambu lalu lintas, namun mereka paham giliran siapa yang harus berlabuh menjemput penumpang.

Meski nampak kusam dan tua, perahu rakit ini nyatanya kokoh, ditambah dengan modifikasi tenda biru yang membentang di langit langit perahu. Fungsinya menjadi penghalang jika datang hujan, atau sekedar menghalau terik matahari.

Kembali ke bibir sungai, perahu maju mundur tak beraturan. Bagi penumpang baru yang nyalinya kecil, pasti agak khawatir saat menapakkan kaki di perahu rakit ini. Sebab goyangan perahu searah hantaran angin pada air.

Asri Daeng Manyi (49) salah satu yang paling sibuk. Ditemani kru perahunya Arfa Daeng Bani, keduanya bergegas menyambut penumpang, kemudian mengatur satu persatu sepeda motor yang memilih menggunakan jasa perahu penyeberangannya. Kira kira 20 motor naik hati hati, barulah perahu terisi penuh.

Daeng Manyi seperti telah khatam, ambil ancang-ancang bergegas ke bagian belakang perahu, memeriksa dengan detail kemudian menarik pemantik mesin yang menghasilkan suara nyaring berkat kerja keras bahan bakar berjenis pertalite. Baling-baling berputar, perahu rakit siap berangkat.

Seperempat perjalanan, Daeng Bani, kru Daeng Manyi mengeluarkan kresek hitam, kemudian mengulurkannya ke hadapan setiap penumpang, pertanda meminta uang jasa penyeberangan. Cukup Rp2 ribu rupiah, kurang dari 5 menit siapa saja mampu menghindari macetnya perbatasan kota Makassar dan jembatan kembar Kabupaten Gowa, arah menuju Desa Taeng yang bisa saja memakan waktu 30 menit. Jalur alternatif, begitu orang orang biasa menyebutnya.

Menurut Daeng Manyi, profesi sebagai awak rakit penyeberangan telah ia geluti sejak 10 tahun silam. Meski hanya bermodalkan perahu rakit, ribuan nasib orang terselamatkan. Mampu bekerja tepat waktu, mampu bersekolah tepat waktu dan tentunya no macet-macet. Yang terpenting nasib anak istri Daeng Manyi juga terselamatkan, anak gadisnya kini berada di bangun sekolah menengah pertama berkat jasa penyeberangan yang ia berikan. Dirinya juga mampu mempekerjakan Daeng Bani.

Kebermanfaatan perahu penyeberangannya ini tentulah dirasakan banyak orang. Menurut Daeng Manyi, para penyedia perahu penyeberangan paham betul, di pagi hari penumpang dari Desa Taeng dengan tujuan Makassar membludak, berbanding terbalik saat sore hari dimana orang-orang telah selesai dengan berbagai aktivitasnya di kota Makassar dan ingin kembali ke Desa Taeng. Maka Daeng Manyi dan kawan-kawan menyediakan jasa penyeberangan yang beroperasi sejak subuh hingga pukul 10 malam.

  • Bagikan