GOWA, RAKYATSULSEL — Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat, memilih studi tiru ke Kabupaten Gowa. Kunjungan yang dilakukan Selasa (5/12), fokus pada sharing informasi tentang Posyandu.
Dijadikannya Gowa sebagai lokus, menurut Ketua TP PKK Sijunjung, Nedia Fitri Guspardi, karena Gowa memiliki program pengembangan Posyandu yang baik dalam penanganan stunting.
Dikatakan Nedia, Gowa memiliki sistem informasi pencatatan pelaporan Posyandu dan inovasi dalam upaya penanganan kasus stunting.
”Karena itu, kami datang membawa segudang keingintahuan agar nantinya bisa diterapkan di Sijunjung. Kami mau belajar banyak apa saja kiat-kiat dari TP PKK Kabupaten Gowa,” kata Nedia.
Istri bupati Sijunjung ini juga mengatakan, pihaknya ingin belajar inovasi dalam upaya penanganan kasus stunting pada PKK Gowa serta terkait implementasi sistem penjaminan kesehatan melalui Universal Head Coverage (UHC).
Dihadapan rombongan TP PKK Sijunjung, Priska menjelaskan banyak hal terkait pola kerja TP PKK Gowa dalam menjalankan program-programnya.
Untuk Posyandu, kata istri Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan ini, para ketua TP PKK kecamatan bekerja sama dengan Puskesmas di wilayahnya masing-masing membuat inovasi-inovasi dan juga memonitoring Posyandu agar bisa turut berpartisipasi dalam penurunan angka stunting.
”Untuk stunting sendiri, prevalensi stunting di Kabupaten Gowa ini sebetulnya cukup tinggi juga. Jadi berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2020, itu kita 48 persen, turun tahun 2021 pada angka 33 persen, tahun 2022 masih tetap angka 33 persen untuk kemudian ini data SKI yang terakhir tahun 2021 belum diumumkan tapi Insya Allah kita berada pada angka 20 persen,” jelas Priska.
Priska juga mengatakan, Kabupaten Gowa memiliki remaja putri yang dapat skrining anemia sekitar 84,67 persen dan dari jumlah yang diskrining itu ada 9,42 persen yang anemia.
”Kita untuk target dari remaja putri dapat skrining anemia ini sudah on track target 2023 nya sebanyak 70 persen,” jelas Priska.
Dikatakan, Pemerintah Kabupaten Gowa memiliki regulasi berupa surat edaran Bupati Gowa tentang penyediaan makanan tambahan dan juga pemberian tablet tambah darah pada anak sekolah di Kabupaten Gowa.
”Karena kita punya alat HB meter dan HB di Puskesmas. Jumlah remaja putri mengonsumsi tablet tambah darah itu 56,36 persen dengan target nasional itu 50 persen,” tambah Priska.
Kemudian persentase ibu hamil yang melakukan antenatal care minimal enam kali yaitu 75,76 persen dengan target tahun 2023 yakni 80 persen.
”Untuk mendukung indikator ini semua, Puskesmas kami di Kabupaten Gowa sudah dilengkapi dengan alat USG, setiap Puskesmas juga sudah punya dokter yang terlatih dalam penggunaan USG,” rincinya. Di Gowa sambungnya, persentase ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah selama kehamilan 84,87 persen. Sementara persentasi ibu hamil KEK yang mendapatkan tambahan asupan gizi sebanyak 93,07 persen.
Pemantauan pertumbuhan Balita di Posyandu itu sebanyak 72,6 persen. Persentase bayi usia kurang dari enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif itu sebanyak 78,37 persen dan persentase balita gizi kurang mendapatkan tambahan asupan gizi sebanyak 87,13 persen. Semua Puskesmas di Kabupaten Gowa udah melaksanakan PMT lokal dengan sumber anggaran BOK Puskesmas. Hingga persentase desa bebas buang air besar sembarangan di Gowa sudah mencapai 100 persen.
”Dari beberapa indikator-indikator tersebut memang masih ada yang belum mencapai target triwulan 3, namun tetap dari Dinas Kesehatan sudah mengupayakan berbagai macam langkah agar bisa mencapai target yang ditentukan,” papar Priska didampingi jajaran Dinas Kesehatan dan RSUD Syekh Yusuf, beberapa kepala Puskesmas dan beberapa pengurus TP PKK kabupaten dan kecamatan. (*)