Pejuang Elektoral

  • Bagikan
Ema Husain Sofyan

Oleh: Ema Husain Sofyan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Seseorang yang berjiwa petarung tidak mudah menyerah gigih, ulet dan tidak patah semangat untuk kembali berkompetisi dalam ajang demokrasi, seperti Pilpres, Pilkada, Pileg dan Pilkades sebagai “petarung”, juga dalam kompetisi dalam menahkodai pucuk pimpinan Parpol maupun Ormas.

Petarung dianggapnya sebagai seseorang yang tidak mudah putus asa untuk mencapai keinginannya. Tentu saja seorang petarung lahir dari tempaan situasi yang tidak mudah. Seorang petarung tidak menginginkan pujian dan sanjungan, tapi bagaimana petarung itu menginginkan menjabarkan visi dan misinya untuk membangun daerah atau organisasi menuju perubahan yang lebih baik.

Bahkan dalam obrolan warung kopi terkadang seseorang yang telah menduduki jabatan kepala daerah setelah beberapa kali ikut Pilkada, dianggap sebagai petarung dan wajar jika keterpilihannya membuahkan hasil.

Tentu saja seorang petarung dalam setiap kontestasi yang diikutinya pastilah akan berakhir dengan hanya dua kemungkinan, yaitu menang atau kalah. Sehingga kemudian wajar saja jika kemudian konsultan pemenangan banyak menjamur. Sebab jiwa sebagai petarung dengan modal gede, tidaklah cukup.

Strategi menjadi keharusan sebab kompetitor juga telah mempersiapkan materi sebagai amunisi untuk memenangkan kontestasi.

Bagi incumbent yang Kembali maju bertarung pada pileg 2024, baik itu senator, anggota DPR dan DPRD juga adalah petarung atau pejuang elektoral yang Kembali diuji dengan perjuangan mempertahankan kursi di parlemen.

Terlihat pula pada pesta demokrasi semacam Pileg yang saat ini telah memasuki masa kampanye, ada elit Parpol yang saat ini menjabat sebagai pimpinan DPRD namun tidak lagi mencalonkan diri sebagai wakil rakyat. Padahal yang bersangkutan masih popular dan disukai di daerah pemilihannya. Apa sebab, ternyata yang bersangkutan menginginkan kontestasi dalam Pilkada yang akan diselenggarakan pada Nopember 2024 yang ternyata ada kemungkinan akan dimajukan pada bulan September 2024.

Tentu saja kendaraan untuk maju dalam Pilkada didasari pada hasil Pileg 2024. Sehingga para bacalon belum bisa jumawa untuk menyebut kendaraan pada Pilkada. Maka jalur independent menjadi opsi yang cerdas.
Artinya bacalon dari sekarang sudah harus rajin menyapa masyarakat sekaligus menjajaki pengumpulan identitas kependudukan sebagai syarat calon. Apalagi bertarung via independent di Sulawesi Selatan telah membuahkan hasil tepatnya pada Pilkada Kabupaten Gowa.

Namun apapun pintu yang dipergunakan oleh calon, jika strategi dan visi untuk membangun daerah dapat diterima oleh masyarakat maka tidak mungkin calon yang tidak diperhitungkan justeru itulah petarung yang sesungguhnya. Sebab menurut Penulis, semua orang dilahirkan telah memiliki bakat atau kemampuan untuk bertarung.

Namun semuanya akan ditentukan oleh masyarakat sebagai pemilik suara yang ingin merasakan kemajuan dengan bakal calon yang dianggap mumpuni untuk membangun Kota daerahnya. (*)

  • Bagikan