Pertama, kata “salima” melahirkan kata Al-Islam. Kata ini terbentuk dengan tambahan alif di depan “aslama-yuslimu-islaam”. Makna literal dari kata ini adalah “berserah diri, menyerah, tunduk, patuh, dan yang semakna.”
Kata Islaam disebutkan beberapa kali dalam Al-Qur’an. Satu di antaranya adalah “sesungguhnya agama (yang diterima) di sisi Allah adalah Islaam”.
Pada aspek ini Islam dimaknai sebagai pintu kebenaran. Kata Islaam (الاسلام) adalah pintu utama (main gate) untuk masuk ke dalam tatanan agama kebenaran, sehingga yang masuk ke pintu tersebut adalah mereka yang telah menerina dan mengimani.
Jika belum mengimani, maka seseorang itu tidak bisa dikategorikan masuk Islam, sehingga perintah-perintah keagamaan kepada orang-orang Islam pada ghalibnya dimulai dengan seruan: “wahai orang-orang yang beriman.”
Masalahnya kemudian adalah ketika seseorang telah masuk ke pintu utama (main gate) Islam itu, yang bersangkutan belum tentu telah melaksanakan semua tuntunan (kurikulum) hidup yang digariskan oleh Islam. Itulah sebabnya Allah menyeru mereka untuk masuk ke dalam agama dengan penyebutan: SILM secara sempurna seperti di ayat berikutnya.