MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Peta koalisi partai politik dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Selatan pada November 2024 masih sangat dinamis. Belum ada partai politik yang memastikan untuk saling berkoalisi maupun mengusung nama-nama figur potensial. Meski begitu, simulasi paket calon mulai mengemuka di berbagai jagad maya.
Setelah pasangan Danny Pomanto-Indah Putri Indriani, muncul simulasi paket lain yakni mantan Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman dan mantan Wakil Wali Kota Makassar, Fatmawati Rusdi.
Simulasi paket Sudirman-Fatmawati sekaligus memunculkan spekulasi koalisi antara Partai Gerindra dan Partai NasDem. Bila koalisi ini terwujud, NasDem sebagai pemilik kursi terbanyak sesuai hasil pemilu dengan 17 kursi di DPRD Sulsel akan menjadi kekuatan besar dengan total 30 kursi. Gerindra mengunci 13 kursi di parlemen.
Sementara itu, wacana pasangan Danny-Indah bisa saling menjajaki dengan menggabungkan koalisi PDI Perjuangan dengan partai Golkar. PDIP hanya punya 6 kursi, sedangkan Golkar mengoleksi 14 kursi. Dua partai ini sudah cukup memenuhi syarat mengusung kandidat dengan total 20 kursi.
Koalisi partai lainnya bisa menjadi poros ketiga antara PKS 7 kursi, PAN 4, PKB 8, Demokrat 7, PPP 8 dan Hanura 1 kursi. Sias partai ini isa diperebutkan figur lain seperti Ilham Arief Sirajuddin dan Adnan Purichta Ichsan.
Direktur Eksekutif Parameter Publik Indonesia (PPI) Ras Md mengatakan bila skema pasangan Danny-Indah dan Sudirman-Fatma menuju Pilgub Sulsel, maka hal itu menjadi etalase politik menarik.
"Sebab dua poros ini jadi paripurna gender. Baik Danny maupun Sudirman sama-sama menggandeng dua tokoh perempuan yang punya nilai elektoral lebih," ujar Ras, Senin (29/4/2024).
Menurut dia, Fatma dan Indah bukan wanita biasa. Indah dengan latar belakang sebagai kepala daerah Luwu Utara dua periode, Sedangkan Fatmawati juga mantan anggota DPR RI, mantan wakil wali kota Makassar dan sukses terpilih sebagai legislator DPR RI 2024 dengan torehan suara cukup signifikan.
"Sehingga dua sosok perempuan hebat ini bisa melengkapi figur utama mereka. Kedua poros ini potensial tampil kuat," kata Ras.
Kendati demikian, ia menyebutkan, yang menjadi tanya besar hingga saat ini adalah posisi Partai Golkar sebagai pemilik 14 kursi di parlemen. Ras mengatakan, Golkar memiliki sejumlah kader potensial selain Indah seperti Ilham Arief Sirajuddin yang tidak bisa dipandang enteng karena hingga saat ini konsisten menyapa warga Sulsel.
"Artinya, peluang IAS mengantongi rekomendasi final Golkar juga terbuka lebar. Sehingga bisa jadi poros ketiga," ujar Ras.
Menurut Ras, poros ketiga bisa saja muncul dengan paket IAS-Adnan.
"Poros ini tentu tidak kalah dari poros Danny-Indah dan Sudirman-Fatma. Walaupun poros IAS-Adnan tidak merepresentasikan sisi gender, tapi kedua tokoh merepresentasi dua alasan keterpilihan lainnya yakni usia yang matang dan anak muda," imbuh dia.
Ras memberikan alasan lain, IAS sebagai sosok yang matang. Adnan sosok politisi muda. Adapun secara sosiologis atau wilayah, IAS terasosiasi dengan pemilih di wilayah utara sedangkan Adnan sangat kuat di wilayah selatan.
"Jika tiga poros ini benar-benar terjadi, saya menilai pertarungan Pilgub Sulsel akan tampil seru. Etalase politik Sulsel makin berwarna. Publik Sulsel makin cerdas politik lantaran disajikan figur-figur yang punya kapasitas," tutur Ras.
"Perihal apakah Pilgub Sulsel akan diikuti oleh dua poros saja? Saya menilai sangat kecil kemungkinan. Potensial akan diikuti tiga poros dengan alasan perolehan kursi masing-masing partai dan sejumlah elite banyak yang tak menghendaki hanya dua poros saja karena interest politik yang berbeda," sambung dia.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Ali Armunanto menilai ada pernyataan dari Gerindra yang mengatakan belum pasti mencalonkan Andi Sudirman di Pilgub karena masih berharap ada figur dari internal partai. Namun, bila kolaborasi Gerindra-NasDem terjadi, maka yang potensi dipaketkan adalah Sudirman-Fatmawati.
"Sebab RMS sudah bukan level lagi menjadi wakil dengan kiprahnya selama ini dan prestasi yang diraihnya," imbuh Andi Ali.
Meskipun NasDem-Gerindra berbeda koalisi di pemilu lalu, namun keduanya potensi untuk bersama di kontestasi politik lokal. Andi Ali mengatakan, suasana kebatinan akan berbeda karena pasca pemilu, kondisi politik nasional sudah sangat mencair.
"Jadi orang kemudian kembali melihat potensi membangun aliansi-aliansi politik yang bisa digunakan untuk bertarung," imbuh dia.
Kurang lebih enam bulan lagi Pilgub Sulsel akan dihelat. Hingga saat ini, para kandidat juga pimpinan partai mulai intens membangun komunikasi politik yang hampir dipastikan akan berujung ke koalisi partai untuk mengusung masing-masing kader dan jagoan.
Andi mengatakan, partai seperti NasDem, Golkar, dan Gerindra diprediksi akan membuat poros masing-masing dan mempertahankan figur potensial.
Misalnya, kata dia, NasDem punya daya tawar yang sangat tinggi sebagai satu-satunya partai yang bisa mengusung sendiri kandidat tanpa berkoalisi dengan partai lain.
Begitupun Partai Golkar meskipun masih memiliki perolehan kursi di provinsi yang belum sempurna tetapi punya koleksi figur yang dipastikan tak mau menjadi wakil. Begitu pun dengan Partai Gerindra.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Adi Suryadi Culla menilai tiga partai peraih suara tertinggi itu diprediksi akan mengusung figur sendiri sebagai orang nomor satu. Adi mengatakan, Partai NasDem punya figur utama yakni Rusdi Masse yang selama ini menjadi simbol partai dan secara struktural sangat kuat.
"Figur lain juga ada, misalnya istrinya, Bu Fatma. Setelah menjadi wakil wali Kota Makassar, saya rasa bisa naik kelas ke provinsi," ujar Adi.
Menurut dia, Adnan juga punya kans tetapi selama ini kurang begitu kuat secara kelembagaan karena cenderung berada di wilayah abu-abu. Namun, Adi mengatakan, Adnan tetap menjadi bagian yang layak reken karena masih menjadi kader Golkar.
Selain dua nama tersebut, masih ada nama Taufan Pawe yang patut diperhitungkan. Sebab, dia memang punya unsur pendukung yang bisa menopang namanya baik di perhelatan Pilgub Sulsel.
"Ketua DPD I Golkar juga masih tetap dipertimbangkan, karena ada pengaruh terhadap struktur partai ke bawah dan vertikal ke DPP. Saya rasa tiga nama itu perlu disebutkan oleh DPP," imbuh dia.
Belum lama ini, DPW NasDem Sulsel merespons sejumlah flyer atau selebaran di media sosial yang menampilkan mantan Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman (ASS) dan mantan Wakil Wali Kota Makassar Fatmawati Rusdi dipaketkan di Pilgub Sulsel 2024.
Wakil Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) DPW NasDem Sulsel Tobo Haeruddin mengatakan NasDem belum menentukan sikap figur yang akan diusung di Pilgub.
"NasDem Sulsel menegaskan pasangan tersebut belum final diusung sebagai bakal calon gubernur dan wakil gubernur 2024," ujat Tobo.
NasDem masih ingin menerima masukan atau saran dari kader, tokoh masyarakat, akademisi dan lainnya soal sosok pemimpin yang cocok untuk Sulsel lewat program NasDem Mendengar. Dia mengaku tak mengetahui siapa pihak yang membuat flyer itu. Meski demikian NasDem tidak mempersoalkannya.
"Itu bukan dari kami. Kalau dari kami berarti mengkhianati program NasDem Mendengar. Belum final itu (paket Sudirman-Fatma)," imbuh dia.
Sedangkan, Danny menanggapi flayer yang memasangkan dirinya dengan Indah. Menurut dia, hal itu membuatnya tersanjung. "Saya selalu merasa tersanjung dengan siapapun dipasangkan selama itu baik untuk rakyat dan baik untuk semua," ucap Danny. (suryadi/C)