MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Sebaran spanduk bernada Black Campaign kini menyita perhatian publik, termasuk organisasi masyarakat (ormas) Muhammadiyah. Atas dasar itu, Muhammadiyah Sulsel mengajak warga untuk jaga etika dalam politik.
Ketua Majelis Pustaka dan Informasi/Biro Kehumasan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel Hadisaputra menuturkan, pihaknya sangat prihatin dengan maraknya kampanye hitam yang muncul menjelang Pilkada serentak di Sulsel, termasuk Pilgub Sulsel yang akan digelar pada 27 November mendatang.
"Kampanye hitam ini, yang sering muncul dalam bentuk selebaran dan spanduk yang menyerang kandidat lain," ujar Hadisaputra, Minggu (28/7).
Menurutnya, tindakan oknum dari pihak tertentu sangat menciderai etika politik yang seharusnya dijjunjung tinggi dalam setiap proses demokrasi.
"Kami menyesalkan fenomena ini dan mengingatkan bahwa cara-cara seperti ini hanya akan merusak tatanan demokrasi yang sedang kita bangun," sesalnya.
Dia menyebutkan, kampanye hitam tidak hanya memperburuk suasana politik, tetapi juga memecah belah masyarakat.
Selebaran dan spanduk yang berisi serangan pribadi terhadap kandidat lain menciptakan ketegangan dan perpecahan di tengah masyarakat yang seharusnya bersatu untuk memilih pemimpin terbaik.
"Kami menekankan bahwa pendekatan negatif ini merusak keharmonisan sosial dan mengalihkan perhatian dari isu-isu penting yang seharusnya menjadi fokus dalam pilkada," katanya.
Dalam konteks ini, Muhammadiyah Sulael mengajak semua pihak untuk menolak kampanye hitam dan lebih fokus pada adu gagasan serta program kerja yang konstruktif.
Dia menyebutkan, masyarakat percaya bahwa Pilkada adalah momentum bagi para kandidat untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam memimpin dan membawa perubahan positif.
"Oleh karena itu, daripada menjatuhkan lawan dengan kampanye hitam, para kandidat seharusnya berlomba-lomba menyampaikan visi, misi, dan program kerja mereka dengan jelas dan terbuka kepada masyarakat," tukas Hadisaputra. (Yadi/B)