Akan Seheboh Apa Pilwali Makassar?

  • Bagikan
Pemerhati Politik dan Kandidat Doktor di Unhas, Anis Kurniawan

Oleh: Anis Kurniawan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Di antara kota dan kabupaten yang akan menghelat pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung, Kota Makassar akan menjadi pusat perhatian. Pemilihan wali kota (pilwali) Makassar punya tensi politik tersediri lantaran warganya yang plural dengan basis pemilih cerdas lebih dominan.

Dari pilwali ke pilwali, setidaknya ada dua fenomena menarik dalam kandidasi politik. Pertama, kemunculan aktor politik dengan basis kultural kuat. Mereka adalah tokoh-tokoh politik yang dikenal kawakan dan mengakar di masyarakat, termasuk kader partai politik. Kedua, visi politik yang bombastis acapkali mewarnai diskursus wacana jelang pemilihan.

Untuk hal kedua ini menjadi menarik. Lihat saja pada peta politik satu dekade ke belakang. Seorang Danny Pomanto mewakili fenomena kedua. Danny muncul di saat tarung bebas mewarnai kontestasi politik di Makassar. Kehadiran Danny membawa sensasi baru karena gagasan dan visi politiknya yang cukup spektakuler dan bombastis.

Bersama Deng Ical (Syamsu Rizal), Danny, kala itu, sukses menarik perhatian warga Makassar. Sebagai sebuah kota besar yang terus berkembang, Danny hadir mewadahi imajinasi publik tentang kemajuan dan loncatan perubahan. Visi politik Danny melampaui kandidat lainnya. Selain itu, Danny sukses mengawinkan antara kecanggihan visi politiknya dengan strategi kampanye mendekati warga kota yang dominan menyebar di lorong-lorong.

Jika mengenang satu dekade terakhir, tensi Pilwali Makassar kali ini sedikit berbeda. Di antara bayak kandidat yang berwacana ingin bertarung, belum tampak ada yang menawarkan visi spektakuler. Nyaris semua biasa-biasa saja. Situasi demikian sejatinya memberi angin segar pada politikus yang basisnya sebagai kader partai dan politisi-politisi dengan basis kultural kuat.

Bahkan, menjelang pendaftaran pasangan bakal calon di KPU, belum ada kandidat yang tampil progresif membawa visi spektakuler. Inilah yang membuat, warga Makassar sejatinya merindukan politikus kawakan dan mengakar semisal Rusdin Abdullah. Atau mungkin, menanti kejutan kemunculan aktor-aktor baru yang lebih menjanjikan.

Kita tunggu saja siapa bakal memberi warna baru sebagai kejutan. Bila tidak, kandidat berlatar kader partai bisa lebih bernafas legah. Terlebih jika berhasil menggaet pasangan wakil walikota yang memiliki basis pemilih kuat. Dengan demikian, paket Appi-Aliyah layak direkeng sebagai pasangan potensial. Merujuk pada data beberapa lembaga survei, Munafri Arifuddin (Appi) memang tertinggi untuk saat ini.

Data lembaga survei Archy Research and Strategy pada Juli lalu, terbaca elektabilitas para kandidat masih berimbang. Meski, Appi menempati peringka tertinggi di angka 21 persen, tren swing voters cukup tinggi di atas 37 persen. Data tersebut menunjukkan, Pilwali Makassar sangat cair.

Warga Makassar boleh jadi masih menunggu visi dan jualan politik kandidat. Bila menengok ke belakang, kontestan Pilwali Makassar kali terbilang lebih lamban. Para calon mungkin masih meraba-raba dan mempelajari satu sama lain. Juga memetakan preferensi politik warga kota.

Betapapun juga, warga Makassar sudah sangat kenyang dengan visi dan program bombastis dan spektakuler ala Danny Pomanto. Mulai dari wacana “Makassar Kota Dunia” hingga “Lorong Wisata”. Dari imajinasi kota maniverse hingga kota makan enak. Wali kota kita satu ini tampaknya memang menyukai ide-ide bombastis. Di sisi lain, warga kota juga menyukai kejutan-kejutan dan segenap ide spektakuler.

Ini pekerjaan tidak gampang bagi kontestan berikutnya di Pilwali Makassar. Pilihannya hanya dua. Pertama, memilih menyalakan visi dan program yang jauh lebih spektakuler atau justru menawarkan program-program yang lebih realistis dan berbasis pada masalah fundamental yang dihadapi warga kota Makassar.

Betapa pun demikian, warga Makassar masih menantikan kandidat yang dapat merespons isu-isu strategis diserta solusi yang nyata. Katakanlah soal penanganan banjir, penataan perkampungan, pasar tradisional, isu ekonomi kreatif, isu ruang terbuka hijau dan soal keamanan dan kemudahan layanan publik warga kota.

Masih ada waktu bagi kandidat untuk menyiapkan diri menjawab espektasi politik warga Makassar. Figur yang berhasil membaca dan memetakan isu dan impian arah masa depan Makassar, dia-lah yang akan memanen bonus elektorat di Pilwali November mendatang.

Maka, tugas kita sebagai pemilih dan warga kota adalah membuntuti pergerakan dan ide-ide kandidat. Makassar perlu kepemimpinan yang lebih kuat dengan ide-ide fundamental dan dapat menjaga keberlanjutan program. Tidak lagi berbasis pada ide-ide musiman. Jadi, visi politik yang bombastis dan spektakuler tidaklah cukup kali ini!

  • Bagikan