Kolaborasi Ilmu dan Kesadaran Gender: Membangun Pertahanan dari Ancaman Kekerasan Seksual

  • Bagikan
Munnifah Anton

RAKYATSULSEL - Kekerasan dan pelecehan seksual selalu menjadi momok yang menakutkan. bagaimana tidak korbannya bisa dari kalangan mana saja, baik itu perempuan maupun laki-laki, anak kecil, remaja, dewasa bahkan sampai lansia. Parahnya lagi kekerasan dan pelecehan seksual tersebut selalu menggiring opini bahwa korbanlah yang salah, sungguh hal tersebut sangatlah tidak manusiawi dan tidak masuk akal.

Pada kasus-kasus yang menimpa perempuan remaja-dewasa selalu saja mereka (korban) yang disalahkan, alasannya karena pakaian yang terlalu minim atau bahkan karena pulang malam sendirian, sangat tidak masuk akal bukan? disatu sisi kita melupakan kenyataan bahwa terkadang ada kasus yang dimana korbannya adalah wanita dengan pakaian tertutup bahkan menggunakan hijab.

Melihat hal tersebut, masihkah pakaian menjadi alasan terjadinya kekerasan seksual? tentu saja itu tidak bisa kita jadikan sebagai alasan, sangat tidak masuk akal. jangan menyalahkan pakaian, karena pakaian tidak salah yang salah adalah pelakunya!

Mata dan otak pelaku jadi penyebabnya. Pelaku tidak mampu mengendalikan diri dan pandangannya untuk tidak berbuat jahat, tidak melakukan pelecehan dan pemerkosaan atau apapun itu yang bisa mengancam kenyamanan korban.

Lagi dan lagi, paradigma dan stigma yang terbentuk di kalangan masyarakat yang menyebabkan ini semua terjadi. seolah wanita dengan pakaian minim dan seksi adalah perempuan yang tak berakhlak bahkan tak berilmu.

Hal ini terjadi karena kemungkinan besar kita terlalu mendewakan sifat maskulinitas sehingga sifat feminitas dipandang sebelah mata.

Ego Maskulinitas dan sifat yang berlebihan dalam berperilaku ini lah yang nantinya akan dianggap hal yang wajar jika terjadi pelecehan terhadap perempuan.

Laki-laki yang selalu dianggap kaum  dominan, kuat dan tangguh sedangkan perempuan hanya dianggap sebagai makhluk bertubuh kecil yang lemah yang pantas untuk digoda dan parahnya tubuh perempuan hanya dianggap sebagai objek seksual sebagai pelampiasan syahwat semata.

Perempuan selalu mendapatkan berbagai macam pelajaran, bagaimana menjadi penurut, bagaimana menutup aurat, bagaimana bersikap selayaknya perempuan sampai titik dimana orang lupa, bahwa ada laki-laki juga yang perlu diajarkan tentang bagaimana menahan diri dan menjaga pandangannya.

Jadi, kehidupan yang tercipta juga seimbang tidak berat sebelah antara perempuan dan laki-laki maka dari itu sembari menjaga anak perempuan, tolong untuk senantiasa mendidik anak laki-laki.

Menjadi seorang mahasiswi di bidang ilmu kimia bukan berarti tidak peduli terhadap lingkungan dan isu-isu terjadinya kekerasan dan pelecehan seksual karena ini adalah tugas kita bersama, terlebih lagi dengan latar belakang penulis yang notabenenya adalah perempuan yang senang bergiatan di luar rumah. Jujur, kekerasan dan pelecehan seksual menjadi hal yang penulis takutkan.

Bagaimana tidak, ketika kita bersikap “keras” atau bahkan “arogan” kepada lawan jenis itu akan mengundang kemarahan mereka dan bisa saja mereka melakukan tindakan yang lebih. Lalu, kira sebagai perempuan harus bagaimana? jika diam dianggap menerima perlakuan dan menolak dianggap hal yang arogansi? lalu, dimana sebenarnya tempat yang aman bagi perempuan?

Pertanyaan-pertanyaan pun muncul dalam benak penulis, bagaimana caranya mengurangi bahkan memerangi kasus kekerasan dan pelecehan seksual? kita bisa mulai dari lingkup kecil yakni dari lingkungan tempat kita beraktivitas, salah satunya yakni kampus.

Adanya pembelajaran ilmu agama di lingkungan kampus dan nuansa islami di lingkungan kampus diharapkan dapat mengurangi dampak kekerasan seksual tersebut.

Sebagai seorang mahasiswi jurusan kimia, ternyata banyak sekali hal yang bisa dijadikan tameng agar pelecehan bahkan kekerasan seksual bisa diatasi.

Salah satu diantaranya adalah penerapan ilmu pengetahuan yang dimana kita dapat berkolaborasi dalam penelitian tentang pengembangan produk atau solusi untuk membantu korban pelecehan dan kekerasan seksual, misalnya dalam bidang forensik dan pengembangan bahan-bahan untuk keamanan pribadi seperti, cairan cabai atau yang biasa dikenal dengan spray cabai pembuatan dan pengaplikasiannya pun cukup mudah ini bisa jadi solusi keamanan atau bisa jadi alat pelindung diri dari ancaman-ancaman yang tidak diinginkan.

Penulis:
Munnifah Anton
Mahasiswa Kimia FMIPA Universitas Islam Makassar
Dosen Pembimbing: Hj Yasnidar Yasir

  • Bagikan