BANTAENG, RAKYATSULSEL - Massa mantan Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah (NA) menganiaya petugas loket di Kawasan Pantai Marina, Kecamatan Pa'jukukang, Sabtu (5/10). Dari informasi yang dihimpun, kejadian bermula saat massa NA memaksa untuk masuk dalam obyek wisata sekitar jam 13:00 WITA siang.
Kepala UPT Kawasan Pantai Marina, Muhammad Arif yang dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut. Setiap pengunjung yang masuk dalam kawasan diwajibkan untuk membayar retribusi sesuai dengan Perda Bantaeng nomor 5 tahun 2013 tentang retribusi tempat rekreasi.
"Awalnya ada massa pendukung Paslon 01 datang dan mau masuk. Terus kami halau karena ada ketentuan tentang retribusi yang tertuang dalam Perda Bantaeng nomor 5 tahun 2013. Kemudian saya katakan ke massa bisa lewat atas ada penanggung jawab, tapi mereka bilang tunggu pak Prof (Nurdin Abdullah)," kata dia.
Dijelaskan, ketika Nurdin Abdullah datang mempertanyakan mengapa massanya dihalau. Dengan tegas Muhammad Arif menjelaskan bahwa ada Perda yang mengatur tentang retribusi kawasan.
"Kemudian datang pak Prof, dia langsung datang ke saya dan bertanya kenapa ditahan ?. Jadi saya bilang ada ketentuannya, ada retribusinya. Jadi pak Prof bilang, buka dan hitung. Tapi karena banyaknya massa tidak bisa kita hitung secara detail karena banyak yang menerobos. Itu pun kendaraan mobil sekitar 100, tidak bisa kami hitung orangnya karena tertutup semua kaca mobilnya," kata dia.
Dia menjelaskan, pemicu awal penganiayaan lantaran massa yang datang merasa bahwa lokasi Pantai Marina dibuat oleh orang tua Paslon Bupati yang akan berkampanye di sana. Massa yang tidak terima dihalau kemudian melakukan pengancaman dan penganiayaan kepada petugas loket.
"Padahal setelah saya konfirmasi Panwascam itu tidak ada jadwal lokasi kampanye di Pantai Marina. Yang ada titik kumpulnya di Kawasan Marina dan itupun tidak jelas di bagian mana," kata dia.
Dia menelusuri, kegiatan yang terkonfirmasi di dalam kawasan Pantai Marina adalah acara ulang tahun komunitas mobil pickup dan tidak ada unsur kampanye.
"Yang terkonfirmasi itu kegiatan anniversary komunitas mobil pickup. Dan petugas kami telah konfirmasi ke panitia bahwa tidak ada unsur kampanye. Ini real ulang tahun komunitas mobil pickup. Sehingga kami juga meyakini tidak ada kampanye di dalam kawasan. Ternyata massa yang datang diarahkan oleh Prof Nurdin Abdullah bahwa titik kumpulnya di Pantai Marina," kata dia.
Atas penganiayaan tersebut, satu orang petugas loket mengalami memar di pelipis kanan. Dia mengungkapkan bahwa korban telah menjalani visum dan melaporkan kejadian tersebut di Polres Bantaeng.
"Pelipis kanannya memar dan sudah divisum di rumah sakit serta kami telah melaporkan kejadian tersebut di Polres Bantaeng," kata dia.
Salah satu petugas loket bernama Taufan yang menyaksikan kejadian itu menceritakan kronologis penganiayaan. Nurdin Abdullah mendatangi petugas loket. Dengan nada marah dia mengatakan bahwa tempat tersebut dibuat olehnya dan tidak pernah ada pembayaran ketika akan masuk di lokasi wisata tersebut.
"Awalnya itu, massanya sudah ada di depan loket, mau masuk tapi ditahan. Kemudian salah satu dari massa pendukung itu bertanya kenapa tidak bisa masuk ?, jadi saya tanya ini acara apa kenapa tiba-tiba ada rombongan ?. Kalau mau masuk harus membayar retribusi," kata dia.
Tidak berselang lama Nurdin Abdullah datang berjalan kaki ke loket dan dengan nada emosi menanyakan perihal massanya yang ditahan untuk masuk.
"Tidak lama kemudian, mungkin ada yang melapor ke Pak Nurdin bahwa massa dilarang masuk. Terus ketika ada pak Nurdin jalan kaki saya lihat mukanya sudah emosi. Sampai di loket dia bilang, ada apa ini ? Kenapa ditahan ?. Kenapa ditahan semua itu massaku ?, saya yang punya ini Marina, saya yang bangun. Sampai dia sebut-sebut Pak Ilham. Dia sebut, itu Pak Ilham bosmu kerjanya cuma menikmati saja, cuma memetik. Saya yang membangun ini," kata dia.
Taufan menjelaskan, dia sempat dicekek oleh beberapa orang massa, untungnya dia mampu meloloskan diri dari tindakan kekerasan itu.
"Mungkin karena emosi dengan kata-katanya Pak Nurdin dan disuruh bayar, akhirnya saya dicekek dan mau dipukul sama beberapa massa. Tapi untungnya saya bisa menghindar. Setelah saya bisa lolos, ada temanku yang gantikan di loket, inimi temanku yang dipukul pelipisnya sama massa. Untung ada petugas keamanan tentara yang cepat melerai," kata dia.
Bahkan, saat terjadi penganiayaan Nurdin Abdullah menurut Taufan juga tidak melerai massanya yang melakukan kekerasan. Padahal jaraknya hanya berkisar satu meter.
"Setelah marah-marah pak Nurdin berdiri di belakang loket, sampai kita dipukul itu kita hanya dilihat-lihati tidak melerai, padahal jaraknya kurang lebih hanya satu meter dari teman yang dipukul," ungkapnya. (Jet)